Minggu, 15 Mei 2011

Observasi Manajemen Masjid BI

BAB I PENDAHULUAN Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga yang diberi amanat untuk melaksanakan tugas kenegaraan yang sangat strategis, yaitu sebagai otoriter moneter, BI selalu berusaha untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Berbagai upaya guna mendukung efektivitas pelaskanaan tugas BI senantiasa dilakukann, baik melalui penyempurnaan organisasi dan sistem tata kerja, pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Di bidang organisasi dan sistem tata kerja, masih terus diupayakan dan disempurnakan melalui berbagai program, termasuk program transformasi yang sedang dijalankan, guna menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.Demikian pula di bidang sumber daya manusia. Arah pengembangan yang ditempuh adalah berupaya mewujudkan SDM BI yang berkualitas, tidak hanya dalam segi kompetensi dan profesionalitas tetapi juga dari segi integritas dan moral. Untuk mewujudkan SDM dengan integritas yang tinggi bukanlah pekerjaan yang mudah. Di samping faktor kemauan dari masing-masing individu, diperlukan pula faktor pendukung lainnya, termasuk akhlak dan mental. Agar pembinaan akhlak dan mental dapat berjalan efektif dan berkesinambungan, maka diperlukan sarana yang memadai untuk mendukungnya. Dalam kaitan inilah nampak begitu pentingnya keberadaan sebuah masjid pada lingkungan perkantoran BI sebagai sarana pembentukan dan pembinaan akhlak dan mental pegawai BI khususnya yang beragama Islam, dan sekaligus sebagai sarana ibadah umat Islam pada umumnya. Di samping sebagai sarana peribadatan, keberadaan masjid di lingkungan BI diharapkan juga menjadi tempat untuk pengembangan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, masjid di lingkungan BI selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai majelis dzikir, majelis ilmu dan majelis ukhuwwah yang kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dalam penghambaan kepada Allah SWT. Walaupun keberadaan masjid dalam komplek perkantoran BI, sebagai sebuah “rumah kebajikan” tentunya diharapkan agar masjid tersebut dapat disemarakkan dengan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memuliakan dan mengagungkan Asma Allah. Oleh karena itu, masjid ini boleh didatangi kaum muslimin dari mana saja dan kapan saja, tidak hanya pegawai BI tetapi juga masyarakat sekitar kantor BI dan masyarakat muslim pada umumnya. BAB II SEKILAS TENTANG MASJID BAITUL IHSAN A. Sejarah Masjid Baitul Ihsan BI Sejak kantor BI pindah dari Kota ke Gedung BI Thamrin pada awal tahun 60-an, telah dirasakan adanya keinginan untuk mempunyai masjid di lingkungan perkantoran BI. Dari catatan sejarah, diketahui bahwa BI telah mempelopori tersedianya sarana peribadatan bagi umat Islam di Gedung BI Kota pada awal tahun 50-an. Keinginan untuk menghadirkan sebuah masjid dalam lingkungan kantor BI tersebut secara lebih kongkrit tertuang pada waktu disusunnya Master Plan KOPERBI (Komplek Perkantoran Bank Indonesia) pada tahun 1978, yang kemudian direvisi dalam Master Plan 1988. Masjid direncanakan di sisi Jl. Abdul Muis, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat di sekitar bisa masuk ke dalam masjid. Dalam revisi Master Plan KOPERBI 1998 dikembangkan konsep baru dalam pengaturan tata letak bangunan, di mana masjid ditempatkan pada lokasi paling barat, di sisi jalan Budi Kemuliaan. Dengan konsep ini, secara simbolis bangunan masjid menjadi “imam” atau orientasi bangunan kantor lainnya di KOPERBI, yang mencerminkan niat bahwa segala hal yang dilakukan dalam kegiatan bekerja adalah ibadah semata karena Allah SWT. Dengan kehadiran masjid di lingkungan komplek perkantoran BI diharapkan dapat meningkatkan kegiatan keagamaan, khususnya agama Islam di BI. Lebih jauh lagi diharapkan masjid tidak hanya dipergunakan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan ibadah ritual saja, tetapi juga sebagai pusat pembinaan mental, budaya dan kesejahteraan umat. Sehingga diharapkan dapat membentuk kepribadian pegawai BI yang mukhlis dan istiqomah. Dengan latar belakang tersebut di atas, maka pada pertengahan tahun 1998, Direktorat Logistik dan Pengamanan dan Dewan Gubernur menyepakati sebuah nama masjid di komplek BI dengan nama “Baitul Ihsan”. Pemberian nama masjid tersebut kemudian secara resmi dikukuhkan sebagai nama masjid di komplek BI, yang dilakukan pada acara Peresmian. Dimulainya Pembangunan Masjid KOPERBI oleh Gubernur Bank Indoensia. Kemudian masjid itu sendiri diresmikan penggunaanya pada tanggal 18 Mei 2001. B. Visi dan Misi Masjid Baitul Ihsan Berbagai kegiatan MMBI yang direncanakan dan dilaksanakan, tidak lepas dari upaya untuk membangun masjid Baitul Ihsan yang dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan ibadah bagi pegawai, keluarga dan masyarakat Islam umumnya, yang didasari oleh Visi dan Misi Masjid baitul Ihsan yang telah dirumuskan pada tahun 2001. Dalam kaitan ini, penajaman terhadap Visi dan Misi Masjid juga telah dilakukan agar lebih dapat dipahami maknanya oleh pihak-pihak terkait. Demikian pula untuk nilai-nilai yang perlu dimilki oleh masjid. Upaya penajaman ini dilakukan melalui benchmarking dengan “leading” masjid di Jakarta. • Adapun visi masjid Baitul Ihsan : “Menjadikan masjid Baitul Ihsan sebagai pusat dakwah dan syiar Islam bagi pegawai, keluarga serta bagi masyarakat sekitarnya”. • Sedangkan misi dakwah masjid Baitul Ihsan : “Meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah SWT melalui peningkatan kualitas keimanan dan intelektualitas keislaman pegawai muslim Bank Indonesia, keluaraga dan masyarakat skitarnya, serta pemberian manfaat bag masyarakat secara umum”. C. Rancangan Masjid Baitul Ihsan BI Masjid adalah tempat bersujud dan lambang syiar Islam, oleh karenanya karakter, skala, bentuk bangunan dan ornamen estetika harus mencerminkan suatu tempat bersujud dan Islami. Masjid ini dirancang dari bentuk dasar sederhana yaitu bentuk segi empat sempurna dengan setengah lingkaran ke arah vertikal (kubah), yang didasari oleh kejelasan arah (kiblat) dan sistem konstruksi (busur/shell) yang dipergunakan sebagai lambang kesempurnaan dan keabadian. Masjid dapat dicapai dari semua arah kecuali dari arah kiblat (mihrab) sebagai cerminan keterbukaan dari rumah Allah yang dapat dipergunakan seluruh umat Islam. Secara keseluruhan bangunan masjid Baitul Ihsan ini menampilkan bentuk yang sudah dikenal secara umum dengan kubah dan minaret. Hal ini melambangkan kedekatan dan kewajaran serta menjauhkan dari perasaan akan lingkungan yang kurang dikenal atau bentuk yang tidak umum. Secara detail rancangan masjid Baitul Ihsan adalah sebagai berikut: a) Tampak/Façade bangunan Secara keseluruhan menampilkan garis-garis vertikal yang mencerminkan hubungan antara manusia sebagai hamba dengan Allah Sang Pencipta, dan garis-garis horizontal yang mencerminkan hubungan muamalah antara sesama manusia yang sederajad. Bahkan jendela terbentuk persegi dengan jendela dari bahan kaca patri bermotif ornamen geometris yang merupakan ornamen hias yang sesuai dengan ajaran Islam. b) Kubah Permukaan kubah masjid dilapisi keramik dengan ragam hias geometri dengan kombinasi warna biru dan krem yang diharapkan dapat memberi aksentuasi pada bagian yang paling dominan dari masjid ini. c) Pintu masuk Daun pintu terbuat dari bahan perunggu dihiasi ukiran bermotifkan tumbuhan dengan bagian atas daun pintu terdapat huruf Allah di sebelah kanan dan huruf Muhammad di sebelah kiri. Pintu masuk dikelilingi oleh dinding kerawang dengan bagian atas berbentuk busur mencerminkan gerbang masuk yang transparan, tebuka bagi seluruh umat Islam yang hendak bersujud menghadap Tuhannya. d) Bagian dalam masjid Balok penguhubung yang mengikat keempat kolom utama yang menopang atap kubah, dihiasi dengan ragam hias yang Islami dengan kaligrafi ayat 35 surat an-Nur, dan kaki kubah dikelilingi dengan Asmaul Husna. Atap berbentuk kubah mewakili bola langit sebagai representasi dari alam semesta ciptaan Allah dengan jendela sebagai titik-titik cahaya, “Nur” yang menerangi ruang sholat dengan pencahayaan alami dari luar, sebagai menifestasi bahwa manusia sangatlah kecil dibanding alam semesta ciptaan- Nya dan dalam sujudnya selalu akan mencari cahaya, “Nur” hidayah dari Allah. Ornamen estetis dalam masjid didominasi oleh pola-pola geometris yang merupakan ornamen yang bernafaskan Islam. Selain itu juga diambil ragam hias yang digali dari perbendaharaan ragam hias tradisional yang semuanya dilaksanakan oleh seniman lokal. D. Lingkungan Fisik Masjid Baitul Ihsan BI Masjid Baitul Ihsan berada di dalam komplek perkantoran BI. Masjid ini terdiri dari tiga lantai. Yakni: • Lantai Basement: dipergunakan untuk kantor pengurus masjid, perpustakaan, ruang simpan dan ruang sholat dengan kapasitas 400 jama’ah, dengan luas keseluruhan 1080 M2. • Lantai Dasar: sebagai lantai utama masjid untuk ruang sholat seluas 1087 M2 yang dapat menampung 1.040 jama’ah. • Lantai Mezanine (lantai atas): dipergunakan ruang sholat seluas 596 M2 yang dapat menampung 545 jama’ah. Selain itu masih ada satu lantai yang diberi nama Lantai Terbuka (plaza dan selasar). Sebagai ruang terbuka serba guna masjid seluas 1098 M2 yang dapat dipergunakan untuk perluasan tempat sholat, terutama pada hari Jum’at yang dapat menampung 940 jama’ah. Masjid ini juga dilengkapi dengan fasilitas sistem udara (AC), supply daya listril, sistem tata suara, sistem air bersih, sistem air kotor dan sistem fire alarm. E. Prestasi Masjid Baitul Ihsan BI Dengan bangunan fisik yang megah dan manajemen masjid yang baik, masjid Baitul Ihsan BI pernah dinobatkan sebagai masjid terbaik se-Indonesia, selain itu juga masjid Baitul Ihsan pernah meraih masjid perkantoran terbaik se-Indonesia. Masjid Baitul Ihsan BI juga sering dijadikan sebagai objek penelitian bagi para mahasiswa, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa ITB yang meneliti tentang arsitektur masjid Baitul Ihsan BI, dan Mahasiswa UIN Jakarta yang meneliti tentang manajemen masjid Baitul Ihsan BI. BAB III MANAJEMEN MASJID BAITUL IHSAN Manajemen Masjid merupakan Proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai aktivitas yang positif. Dimana manajemen masjid mancakup tiga aspek, yaitu: 1. Idarah ( pengelolaan organisasi dan administrasi masjid ). 2. Imarah ( pengelolaan program atau upaya memakmurkan masjid ). 3. Riayah ( pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan masjid ). Begitu juga halnya dengan mananejen masjid Fatullah, pengaplikasian aspek-aspek manajemen masjid sudah dilakukan semenjak lama. A. Idarah Masjid Baitul Ihsan BI Idarah merupakan pengeloalaan organisasi dan administrasi suatu masjid. Adapun idarah dalam masjid Baitul Ihsan BI adalah sebagai berikut: 1) Pengelolaan organisasi Mengenai keorganisasian, masjid Baitul Ihsan BI dapat dikatakan sudah cukup rapih, karena segala hal yang berkaitan dengan keorganisaiannya sudah diterapkan dan masjid Fatullah mempunyai aturan tersendiri. Seperti hal-hal sebagai berikut: a) Pimpinan dipilih secara langsung oleh pengurus masjid melalui Musyawarah Nasianal (MUNAS). b) Masa kepemimpinan masjid Baitul Ihsan BI, yaitu 3 tahun. c) Syarat pimpinan masjid Baitul Ihsan BI harus pegawai BI. d) Pengurus yang terbentuk ditunjuk langsung oleh pimpinan terpilih dalam MUNAS. e) Dalam menentukan kebijakan, masjid Baitul Ihsan BI mempunyai keleluasaan membuat kebijakan akan tetapi sesuai dengan arahan IPEBI (Ikatan Pegawai Bank Indonesia). f) Dalam rangka untuk memperbaiki kinerja pengurus masjid, maka masjid Baitul Ihsan BI melakukan rapat evaluasi setiap satu bulan sekali. Yang unik dari tipe kepemimpinan masjid Baitul Ihsan BI adalah menganut sistem kepemimpinan kolektif, dimana setiap pengurus mempunyai suara yang sama untuk menetukan arah tujuan kemajuan masjid, setiap divisi juga memilki kebebasan dalam melakukan kegiatan dalam rangka untuk memakmurkan masjid. Akan tetapi tidak mengabaikan aturan yang ada. 2) Administrasi Administrasi dapat diartikan sebagai kegiatan tata usaha perkantoran. Adapun kegiatan administrasi masjid Baitul Ihsan BI mancakup kegiatan surat menyurat, yaitu mendokumentasikan surat masuk dan surat keluar serta hal-hal lain yang perlu didokumentasikan, seperti foto-foto kegiatan, buku-buku terbitan masjid Baitul Ihsan BI , dan lain-lain. 3) Jama’ah Masjid Jama’ah masjid Baitul Ihsan berasal dari berbagai kalangan, jika diklasifikasikan adalah sebagai berikut: a. Masyarakat umum. b. Pegawai Bank Indonesia. c. Pegawai KP Non KOPERBI (Komplek Perkantoran Bank Indonesia). d. Pegawai KBI dan KPw. e. Pegawai (KP) f. Pihak III – (KPBI) KOPERBI (Komplek Perkantoran Bank Indonesia). g. Masyarakat sekitar keluarga pegawai. h. Masyarakat sekitar KOPERBI (Komplek Perkantoran Bank Indonesia). B. Ta’mir Masjid Baitul Ihsan BI Ta'mir adalah salah satu aspek dalam kegiatan untuk kemakmuran sebuah masjid. Upaya masjid Baitul Ihsan BI dalam rangka untuk mencapai ta’mir (kemakmuran) adalah melalui kegiatan-kegiatan. Adapun kegiatan masjid Baitul Ihsan BI adalah sebagai berikut: 1) Kajian Rutin • Kajian ba’da zuhur yang dilakukan setiap hari. • Lepas kerja, kegiatan ini dilakukan setiap hari selasa dan jum’at sore. • Muslimah, dilakukan setiap hari rabu. 2) Kajian dan acara khusus • Khutbah jum’at. • Momen tahun baru hijriah dan masehi. • Maulid Nabi Muhammad SAW. • Isra’ Mi’raj. • Ramadhan • Idul Fithri. • Idul adha dan Qurban. 3) Kegiatan kerjasama program • Manajemen qolbu salim, dilakukan tiga bulan sekali. • Majelis manajemen qolbu, yang merupakan kegiatan bulanan. • Majelis Dzikra dan do’a Ad-Dzikra, setiap satu bulan sekali. • Kajian sholat khusuk, merupakan kegiatan bulanan. 4) Kegiatan layanan ummat dan usaha • Kafilah haji dan umrah Bank Indonesia. • Penerbitan buku Baitul Ihsan. • Penerbitan bulletin • Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), yang dilakukan setiap hari sabtu dan minggu. • Spesial event, seperti akad nikah, PHBI, dan lain-lain. • Majelis taklim ibu-ibu perkantoran, setiap hari rabu. • Majelis taklim ibu-ibu masyarakat umum, setiap hari jum’at. 5) Program sosial • Posko bencana. • Sunatan masal. • Layanan kesehatan. • Bantuan pendidikan. • Santunan sosial. C. Ri’ayah Masjid Baitul Ihsan BI Ri’ayah merupakan kegiatan/upaya pemeliharaan sarana dan prasarana masjid yang dilakukan oleh para petugas masjid. Upaya masjid Baitul Ihsan BI untuk menjaga dan memelihara sarana dan prasarana masjid adalah sebagai berikut: a) Pemeliharaan rutin Pemeliharaan yang dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan biasanya membersihkan ruang shalat dan halaman masjid membersihkan tempat wudhu dan toilet, serta memeriksa alat-alat masjid (speaker, sound system, layar monitor, pendingin ruangan, dan lain-lain). b) Pemeliharaan insidental Pemeliharaan insidental masjid Fatullah merupakan pemeliharaan yang dilakukan secara tidak terduga atau tidak seperti pemeliharaan rutin. Pemeliharaan insidental yang biasa dilakukan masjid Baitul Ihsan BI adalah pengecatan masjid, perbaikan sarana tempat wudhu, perbaikan pendingin ruangan, problem WC, problem kelistrikan dan lain-lain. c) Menjaga ketertiban, keamanan, kenyaman, dan keindahan (4K) masjid Baitul Ihsan BI Upaya yang dilakukan oleh masjid Baitul Ihsan BI dalam rangka untuk menjaga 4K, yaitu memasang CCTV disetiap pintu masuk dan sudut-sudut masjid, membuka pintu masjid 30 menit sebelum waktu shalat dan menutupnya kembali 30 menit setelah waktu shalat, kecuali waktu shalat Isya, pintu ditutup kembali setalah para jama’ah sudah tidak ada di dalam masjid. Masjid Baitul Ihsan BI ini beroperasi selama 24 jam dan satu minggu penuh. D. Keuangan Masjid Baitul Ihsan BI Keuangan masjid merupakan diantara barometer ta’mirnya masjid, dan menjadi aspek terpenting yang digunakan untuk menilai keuangan masjid secara keseluruhan dalam mendanai setiap kegiatan ta’mir masjid. Masjid Fatullah mempunyai aspek-aspek yang berbeda dalam keuangannya, diantaranya: 1. Sumber dana Potensi dana yang dihasilkan masjid Fatullah dapat dikatakan “lumaya”, adapun sumber-sumber dana masjid Fatullah sebagai berikut: • donatur tetap • 20 kotak amal • Infaq dan shadaqah Sebagai donatur tetap adalah pegawai BI yang beragama Islam yang tergabung dalam Ikatan Pegawai Bank Indonesia (IPEBI). Dana diperoleh melalui formulir yang diberikan setiap bulan. Kemudian gaji mereka dipotong langsung lewat rekening yang bersangkutan. Sumber dana dari donatur tetap tersebut merupakan sumber yang terbesar (setiap tahunnya ± 76 %) dalam pengelolaan kegiatan. Setiap bulan rata-rata penerimaan melalui donatur tetap mencapai Rp. 22,2 juta. Untuk kotak amal, rata-rata per bulannya relatif tetap yaitu sekitar Rp. 4,6 juta. Sementara dari infaq dan shadaqah per bulannya sekitar Rp. 2 juta. 2. Alokasi dana Dana yang terkumpul diperuntukkan untuk biaya kegiatan rutin dan biaya program kegiatan masjid Baitul Ihsan BI. Yang dimaksud dengan pengeluaran rutin antara lain untuk: khatib Jum’at, manajer masjid Baitul Ihsan BI dan operasionalisasi masjid. Sedangkan pengeluaran untuk program adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan oleh masing-masing bidang masjid Baitul Ihsan BI dan Sekretariat Umum. Walaupun donatur tetap merupakan sumber dana yang terbesar, ternyata belum mampu memenuhi seluruh pengeluaran. Untuk itu, peran kotak amal serta infaq dan shadakah masih sangat penting dalam mewarnai pengelolaan dana masjid. Dengan adanya tambahan tersebut, masih tersisa dana yang antara lain dapat digunakan untuk membantu pula masjid-masjid yang berada di sekitar masjid Baitul Ihsan. 3. Transparansi keuangan Transparasi adalah yang harus dilakukan dalam rangka untuk menjaga kredibilitas masjid Baitul Ihsan BI. Transparansi keuangan yang biasa dilakukan oleh masjid Baitul Ihsan adalah dengan memaparkan atau melaporkan pemasukan dan pengeluaran masjid, yang bersifat mingguan dilakukan sebelum shalat jum’at. Dan transparansi bulanan yang akan dilaporkan kepada khalayak umum dengan cara menempelkan laporan keuangan di mading dan media internet (website). E. Problematika Masjid Baitul Ihsan BI Manajemen masjid Baitul Ihsan BI yang sudah sangat rapih sehingga tidak meninggalkan celah problematika masjid. Akan tetapi “Tak ada gading yang tak retak”, pribahasa bahasa tersebut menggambarkan bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula halnya dengan manajemen masjid Baitul Ihsan BI, ada sedikit masalah yang dihadapi masjid Baitul Ihsan, yaitu kurangnya komunikasi dan responsibility antar pengurus. Hal ini disebabkan karena kesibukan para pengurus yang kebetulan juga sebagai pegawai Bank Indonesia. Namun masjid Baitul Ihsan terus berbenah, dan solusi dari masalah tersebut adalah dengan melakukan pertemuan antar pengurus sebagai sarana evaluasi. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Masjid Baitul Ihsan BI dikelompokkan sebagai masjid perkantoran karena letak bangunannya yang berada dilingkungan perkantoran, tepatnya di Bank Indonesia. Masjid yang berdiri pada tahun 1950-an ini memiliki arsitek bangunan yang sangat megah dan rapih, begitu pula dengan manajemen masjidnya, baik dari sisi Idarah, ta’mir, dan ri’ayah. Semuanya itu sudah dirancang sedemikian rupa untuk mencapai kemajuan masjid Baitul Ihsan BI. Dalam masalah keuangan, masjid Baitul Ihsan BI tidak begitu bermasalah karena masjid ini dapat dikatakan sudah cukup mapan dalam masalah keuangan karena sumber dan pendapatan masjid setiap bulannya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional dan kegiatan-kegiatan masjid. Transparansi juga dijunjung tinggi oleh masjid Baitul Ihsan BI, masjid ini melakukan transparansi keuangan dengan berbagai cara, dari cara memaparkan di hadapan jama’ah setiap sebelum shalat jum’at sampai melakukan transparansi melalui media internet. Masjid Baitul Ihsan BI sudah dapat dikatakan sebagai masjid yang ideal, karena dalam berbagai aspek sudah dilakukannya dengan profesional dan rapih sesuai dengan koridor dan ketentuan syari’at Islam. B. Kritik dan Saran Masih saja ada yang beranggapan bahwa masjid Baitul Ihsan BI hanya untuk kalangan tertentu saja. Oleh karena itu, ini adalah pekerjaan rumah untuk pengurus masjid Baitul Ihsan BI untuk merubah pandangan (image) bahwa masjid ini diperuntukkan semua kalangan. DAFTAR PUSTAKA • Dokumentasi Manajemen Masjid Baitul Ihsan (MMBI). 14 Desember 2010. • Interview result. Manajemen Masjid Baitul Ihsan BI. Kamis, 30 Desember 2010. Pkl 13.00-15.00 WIB. Ruang Meeting Masjid Baitul Ihsan BI. • Muhammad. Zen. Modul Manajemen Masjid. • UTS Manajemen Majlis Taklim.

Kamis, 13 Januari 2011

Hasil METLIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perubahan zaman semakin berkembang, hal tersebut ditandai dengan berkembangnya teknologi yang dapat mempengaruhi perilaku kehidupan manusia. Seiring perkembangan tersebut, semakin banyak pula perubahan-perubahan yang terjadi pada individu-individu ataupun suatu kelompok yang berakibat pada perubahan perilaku yang tidak biasa dilakukan menjadi sesuatu hal yang biasa dilakukan, bahkan menjadi suatu rutinitas yang harus dilakukan. Seperti halnya “Pacaran”. Dewasa ini pacaran sudah menjadi suatu aktivitas yang rutin dilakukan oleh sebagian orang. Pacaran sudah semakin marak, sehingga perlu perhatian khusus bagi semua pihak guna mengatasinya. Bahkan bagi sebagian orang menganggap bahwa pacaran sudah menjadi suatu bentuk aktivitas yang lumrah. Mereka menganggap pacaran bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dilakukan, meskipun tanpa ikatan pernikahan yang sah. Aktivitas yang demikian tersebut dikhawatirkan akan berlanjut pada perkembangan seks bebas yang juga akan berdampak terhadap masalah sosial lainnya seperti aborsi, anak tanpa status yang jelas, penyakit kelamin, dan lainnya. Dengan demikian, disadari atau tidak hal tersebut juga dapat berpotensi mempengaruhi bahkan mengubur prestasi atau cita-cita mereka.

Hasil survei di empat kota besar (Jakarta, bandung, Surabaya, dan Medan) yang dilakukan oleh lembaga yang bernama synevote (Indonesia) pada September 2004, bahwa aktivitas akhir pekan yang paling sering dilakukan para remaja adalah menonton televisi dan pacaran serta mengunjungi tempat-tempat perbelanjaan (mall) bersama kawan-kawan. Bahkan pada sekarang ini, remaja tidak lagi beraktivitas bersama orang tua dan keluarga. Hasil survei menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh responden mempunyai pacar kebanyakan remaja. Yang lebih mengejutkan lagi para remaja tersebut pernah berciuman, berpelukan, menonton film porno, melihat gambar porno atau membaca buku stesilan. ini merupakan suatu hal yang menarik untuk diamati.

Memang pada dasarnya, sebagian besar perilaku pacaran memanfaatkan pacaran itu sebagai ajang penyaluran hasrat seksualnya secara gratis. Dan perlu diketahui bahwa pendidikan seks usia remaja (ABG) haruslah dipandang bukan lagi masalah yang tabu. Demikian halnya pada usia remaja dan usia anjak dewasa, sikap over protective orang tua dianggap juga sebagai penyebabnya. Mengapa demikian? Karena dalam teori maupun prakteknya, usia tersebut memang dianggap sebagai usia pemberontak yang belum matang. Maka dari itu Islam pun secara tegas memberikan hukuman bagi mereka yang pacaran yang tidak sehat:

Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina ; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al-Isra’:32).

Untuk sekarang ini, pacaran bukan hanya untuk orang dewasa ataupun anak remaja, akan tetapi anak kecil pun sudah mengenal yang namanya pacaran. Buktinya sering kita dengar istilah “Cinta Monyet” yaitu pacaran untuk anak kecil. Padahal kita tahu bahwa anak kecil tersebut masih dalam tingkat pendidikan.

Tidak dapat dipungkiri pula fenomena pacaran yang ada di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM). aktivitas tersebut sudah menjadi rutinitas mahasiswa disamping kegiatan kuliahnya. Apalagi mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) didominasi oleh usia remaja dan usia anjak dewasa, dimana usia tersebut adalah masa-masa yang labil bagi setiap orang, pada saat usia tersebut pula mereka mengalami perubahan fisik dan psikis pada masa-masa yang dilaluinya, dimana mereka ingin mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukan dan dirasakannya, seperti halnya pacaran karena adanya dorongan rasa ingin tahu mereka yang tinggi, mahasiswa memiliki banyak waktu senggang diantara jam kuliah ataupun antara kuliah, remaja belum memiliki orientasi materi karena kehidupannya masih serba ditanggung oleh orangtunaya, jadi tidak ada hal penting yang terlalu membebani pikiran remaja.

Celakanya, gaya pacaran sebagian mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) telah mengarah pada perilaku yang diluar batas, disinilah mulai muncul masa pacaran yang didalamnya terkait perilaku yang tidak sesuai dengan syari’at Islam untuk mengisi waktu senggang mereka, dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perilaku seks yang tidak semestinya mereka lakukan. Hal seperti inilah yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi konsistensi prestasi belajar mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM).

Dengan melihat fenomena dan realita di atas, maka penulis mencoba mengangkat sebuah kajian penelitian yang berjudul ”PACARAN DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FIDKOM)” Karena penulis beranggapan bahwa pacaran tersebut sedikit ataupun banyak, disadari ataupun tidak akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis pembatasi masalah penelitian ini agar pembahasannya lebih fokus dan tidak dan tidak meluas. Adapun batasan-batasan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Masalah yang dibahas pada penelitian ini hanya aktivitas pacaran mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Penelitian ini tidak pada semua mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tetapi hanya pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan melihat pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat rumusan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh pacaran terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penulis membuat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh pacaran terhadap tingkat prestasi belajar pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) tentang masalah pacaran serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pacaran dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun tugas penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu :
BAB I : Pada bab ini membahas pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan yang ditulis secara singkat.
BAB II : Pada bab ini membahas mengenai landasan teori yang menunjang dalam pembahasan materi penelitian ini.
BAB III : Pada bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari lokasi penelitian, model dan desain peneitian, populasi dan sampel, sumber data, fokus penelitian, teknik pengambilan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : Pada bab ini terdiri dari temuan dan analisis lapangan. Temuan dan analisis lapangan menguraikan tentang gambaran umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), dan membahas tentang temuan dan analisis data.
BAB V : Pada bab ini berisi kesimpulan yangdan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari masalah penelitian dan serta saran untuk penyempurnaan tugas penelitian ini.

















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Pacaran
1. Pengertian Pacaran
Istilah pacaran berasal dari kata pacar yang menurut kamus besar bahasa Indonesia pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Kata pacar mendapat imbuhan ”ber” sehingga menjadi kata Berpacaran yang mempunyai makna bercintaan atau berkasih-kasihan dengan sang pacar. Sedangkan kata memacari bermakna adalah mengencani atau menjadikan dia sebagai pacar. Sementara kencan sendiri menurut kamus tersebut adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.
Jika definisi baku di atas dipadukan, maka akan mendapatkan rumusannya dan bisa terbaca dengan sangat jelas bahwa pacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasihan (antara lain dengan saling bertemu di suatu tempat pada waktu yang telah ditetapkan bersama) dengan kekasih atau teman lain-jenis yang tetap (yang hubungannya berdasarkan cinta-kasih). Singkatnya, pacaran adalah bercintaan dengan kekasih yang tetap.
Menurut Purnama Julia Utami dalam artikelnya yang berjudul Definisi Pacaran menyatakan bahwa pacaran adalah sebuah hubungan romantis atau suatu hubungan hasil kombinasi antara passion, komitmen dan intimasi (perasaan kedekatan secara fisik dan emosional). Hubungan pacaran berarti tahap untuk saling mengenal antara seorang pemuda dan pemudi yang saling tertarik dan berniat untuk mengadakan hubungan yang eksklusif (terpisah, sendiri, istimewa). Dengan pengertian seperti itu, berarti pacaran memang diarahkan untuk suatu hubungan yang lebih lanjut, lebih dalam, dan lebih pribadi lagi. Ini tidak boleh diartikan sebagai keharusan untuk melanjutkan. Pacaran dimaksudkan sebagai situasi yang memungkinkan pasangan yang berelasi semakin dekat dan akhirnya menemukan kecocokan satu sama lain untuk melanjutkan hidup bersama dalam suatu hubungan resmi, baik pertunangan maupun perkawinan.
Padahal jika melihat realita yang ada, dapat diartikan bahwa pacaran adalah saat-saat paling munafik dalam kehidupan seseorang. Munafik karena masing-masing dari pasangan tersebut akan berusaha menutupi kelemahannya dan dengan bangganya menampakkan kelebihan masing-masing bahkan hal tidak lebih pun ditonjol-tonjolkan.
Jika dicermati, bahwa Sesungguhnya pacaran adalah suatu hubungan yang didalamnya terjalin hubungan komunikasi yang intensif dan kontinyu antara wanita dan pria. Hal tersebut tersebut secara langsung atau tidak langsung dan disadari ataupun tidak disadari akan mampu mempengaruhi atau mengubah sikap atau kebiasaan seseorang.

2. Alasan Remaja Berpacaran
Beberapa alasan para remaja khususnya kaum wanita yang mengharuskan dirinya berpacaran, diantaranya:
1. Menjaga keamanan diri, sebab lebih baik berjalan dengan pacar dari pada sendirian, karena apabila ada orang yang niat mengganggu, mereka pasti berpikir dua kali.
2. Berpacaran itu untuk menjaga penampilan tetap menarik, karena seseorang yang sedang pacaran, selalu berusaha agar pasangannya melihatnya menarik, jadi ia pasti selalu menghias diri.
3. Mempunyai pacar merupakan suatu kebanggaan, karena mereka merasa mampu untuk mendapatkan seorang pasangan. hal inilah yang mendorong seseorang berpacaran.
4. Berpacaran diakui mampu menghilangkan kejenuhan atau membuat hidup lebih hidup, karena ketika salah satu dari pasangan mempunyai masalah atau mengalami kejenuhan, pasti ia mengadu atau mencurahkannya pada pasangannya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pacaran
1) Faktor Internal
a. Rasa ingin tahu dalam diri seseorang yang tinggi terhadap pacaran dan
b. Rasa ingin mencoba-coba yang ada dalam diri seseorang.

2) Faktor Eksternal
a. Lingkungan keluarga
Kemampuan orang terdekat utamanya orang tua dalam mendidik tentunya akan mempengaruhi pemahaman seseorang mengenai suatu hal, terutama masalah pacaran.
b. Pemahaman agama
Agama mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk. Pemahaman terhadap apa yang diajarkan agama akan mempengaruhi perilaku seseorang.
c. Lingkungan pergaulan
Remaja cenderung banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya sehingga tingkah laku dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang
banyak dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan seseorang.
d. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi yang makin berkembang memudahkan seseorang untuk mengakses informasi setiap saat. Akan tetapi, kemajuan teknologi informasi tidak selalu membawa pengaruh yang positif. Tidak sedikit kemajuan teknologi tersebut berpengaruh terhadap suatu hal yang negatif. Seperti salah satu contohnya adalah pada saat sekarang ini seseorang lebih mudah mengakses dan menonton video porno kapanpun dan dimanapun. Hal inilah yang dikahwatirkan akan membawa perubahan negatif pada diri seseorang.

4. Dampak-dampak Berpacaran
Dalam melakukan sesuatu, pasti ada dampak-dampak yang diakibatkan dari aktivitas tersebut. Begitu pula halnya dengan pacaran, berikut ini adalah dampak positif dan negatif yang diperoleh dari aktivitas pacaran para remaja.
a) Dampak positif
1. Meningkatkan prestasi belajar. Hal ini terjadi biasanya karena semangat belajar yang tinggi akibat ada pacar yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian atau karena ingin membuktikan kepada orangtua bahwa meskipun berpacaran prestasi belajar tidak terganggu.
2. Pergaulan sosial tambah meluas, jika pola interaksi tidak hanya berkegiatan berdua, tetapi banyak melibatkan interaksi dengan orang lainnya (saudara, teman, keluarga, dan lain-lain).
3. Merasa aman, tenang, nyaman, dan terlindung. Karena hubungan emosional (saling mengasihi, menyayangi, dan menghormati) yang terbentuk dalam pacaran dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan terlindungi. Perasaan seperti ini dalam kadar tertentu dapat membuat seseorang menjadi bahagia, menikmati hidup, dan menjadi situasi yang kondusif baginya melakukan hal-hal positif.

b) Dampak negatif
1. Prestasi belajar bisa menurun jika ada permasalahan yang cukup berat hingga mengganggu konsentrasi dan gairah untuk belajar atau lebih senang menghabiskan waktu bersama sang pacar daripada belajar.
2. Kebebasan pribadi menjadi berkurang jika interaksi yang terjadi dalam pacaran menyebabkan ruang dan waktu untuk pribadi menjadi lebih terbatas, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk berduaan dengan pacar. Inilah yang mengakibatkan pergaualan sosial menjadi menyempit.
3. Keterkaitan pacaran dengan seks. Hal ini dapat terjadi karena pacaran mendorong remaja untuk merasa aman dan nyaman. Salah satunya adalah dengan kedekatan atau keintiman fisik. Mungkin awalnya memang sebagai tanda atau ungkapan kasih sayang, tapi pada umunya akan sulit membedakan rasa sayang dan nafsu. Karena itu perlu upaya kuat untuk saling membatasi diri agar tidak melakukan kemesraan yang berlebihan.
4. Berpacaran penuh masalah Sehingga Berakibat Stres. Hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus yang diduga, pasti banyak terjadi masalah dalam hubungan tersebut. Jika remaja belum siap mempunya tujuan dan komitmen yang jelas dalam berpacaran, maka akan memudahkan ia stres dan frustasi jika tidak mampu mengatasi masalahnya.

B. Konsep Dasar Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar berasal dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Kata-kata tersebut mempunyai makna tersendiri dan jika disatukan kata-kata tersebut menjadi sebuah makna yang saling bersinergi. Dimana prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai seseorang pada saat atau periode tertentu atau hasil yang telah dicapai seseorang dalam proses pembelajaran. Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Jika definisi prestasi dan belajar dipadukan, maka menghasilkan definisi prestasi belajar yaitu taraf keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran di lembaga pendidikan yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Menurut pandangan ahli jiwa, Gastalt prestasi belajar atau hasil belajar adalah perubahan yang bersifat menyeluruh, baik perubahan pada perilaku maupun kepribadian secara keseluruhan. Belajar bukan semata-mata kegiatan mekanis stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh fungsi organisme yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.
Berhubungan dengan definisi di atas, alat ukur prestasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) adalah dengan nilai Indeks Prestasi (IP). Seorang mahasiswa dikatakan prestasinya baik jika nilai rata-rata Indeks Pretasinya 3,00 atau lebih.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, baik faktor dalam diri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor internal yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
1. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Bakat juga merupakan potensi atau kemampuan untuk dikembangkan melalui belajar agar menjadi kecakapan yang nyata.
Jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Minat dalam diri seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat seseorang lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
4. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan seseorang untuk belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri seseorang. Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
1. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lingkungan atau lembaga pendidikan seseorang yang pertama dan paling utama.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
2. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong seseorang untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
3. Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap prestasi belajar seseorang dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini kartono mengemukakan pendapatnya bahwa
Lingkungan masyarakat dapat belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.

c) Klasifikasi Prestasi Belajar
Prestasi belajar atau hasil belajar seseorang dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotor domain).
1. Ranah kognitif, prestasi belajar atau hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Ranah afektif, yaitu prestasi belajar seseorang yang diperoleh dari hasil belajar mencakup hal yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisas.
3. Ranah psikomotorik, sedangkan prestasi belajar yang bersifat psikomotorik adalah sesuatu yang berkenaan dengan hasil belajar
4. keterampilan dan keterampilan seseorang dalam bertindak.

C. Teori S-O-R
Dalam hal ini, jika mengaitkan judul penelitian yaitu pacaran dan prestasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), dimana dalam berpacaran terjalin hubungan komunikasi yang intensif dan kontinyu antara wanita dan pria. Hal tersebut secara langsung atau tidak langsung dan disadari ataupun tidak disadari akan mampu mempengaruhi atau mengubah sikap atau kebiasaan seseorang, dalam konteks ini ha yang dipengaruhi adalah prestasi belajar. Hal diatas sejalan dengan teori S-O-R.

Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Ini semula berasal dari psikologi, jika kemudian menjadi teori komunikasi, hal ini tidak mengherankan Karen objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia.

Menurut stimulus dan response teori ini, efek adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Adapun unsur-unsur dalam teori ini, sebagai berikut:
a. Pesan (Stimulus, S);
b. Komunikan (Organism, O);
c. Efek (Respons, R).

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof Dr. Mar’at daam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”. Mengutip pendapat Hovland Janis, dan Kelley yang menyatakan dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:
a. Perhatian;
b. Pengertian;
c. Penerimaan.






Gambar Skema: Teori S-O-R
Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin akan diterima atau mungkin ditolak, komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya , maka terjadi kesediaan untuk mengubah sikap atau kebiasaan.




























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang merupakan salah satu Fakultas di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh peneliti.
2. Waktu yang terbatas menjadi salah satu alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Selain karena dua hal tersebut di atas, faktor biaya juga menjadi pertimbangan peneliti melakukan penelitian di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

B. Model dan Desain Penelitian
Model penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif, tujuannya adalah untuk mendeskripsikan apa-apa yang terjadi yang di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi atau yang ada.
Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai bagaimana pengaruh pacaran terhadap prestasi belajar mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah pengambilan sampel teoritis (theoritical sampling), maksudnya adalah pengambilan data dikendalikan oleh konsep-konsep (pemahaman teoritis) yang muncul dengan berkembang sejalan dengan pengambilan data itu sendiri, dengan demikian penelitian kualitatif cenderung terbuka dalam desain dan metodologinya, dalam arti, desain dan metode pengambilan data dapat diubah dan disesuaikan dengan konteks dan setting penelitian berlangsung.

D. Sumber Data
Dalam penelitian ini, yang dapat dijadikan sumber data adalah:
1. Data primer : Data yang diperoleh langsung dari responden
2. Data sekunder : Data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang
berkaitan dan mendukung penelitian.
E. Fokus Penelitian
pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk memfokuskan penelitian dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan membantu peneliti untuk mendapatkan informasi penelitian ini. Adapun besaran pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai berikut:
1. Hal apa yang memotivasi responden untuk berpacaran.
2. Bagaimana pengaruh pacaran terhadap prestasi belajar responden.
3. Dampak apa yang ditimbul akibat dari aktivitas pacaran.

A. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Wawancara Fokus
Wawancara terfokus dalam hal ini adalah percakapan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan bertanya langsung dengan responden yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang berpacaran.
b. Observasi
Yaitu usaha untuk mengumpulkan dan memperoleh data serta informasi dengan melakukan pengamatan suatu kegiatan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan berisi tentang hal-hal yang diamati, yang oleh peneliti dianggap penting. Catatan lapangan harus dibuat secara lengkap dan deskriptif dengan keterangan tanggal dan waktu, dan menyertakan informasi-informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa saja yang hadir, bagaimana setting fisik lingkungan, interaksi sosial, aktifitas apa saja yang berlangsung dan sebagainya.
d. Dokumentasi
Dalam dokumentasi ini, peneliti membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk dat tertulis seperti buku, artikel dan jurnal yang dapat dijadikan bahan referensi dan analisis dalam penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menganalisa data yang bersifat deskriftif, yaitu menggambarkan data yang ada di lapangan, dalam hal ini adalah aktivitas pacaran mahasiswa Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM). Penelitian ini menetapkan masalah-masalah yang sangat penting dan layak dilakukan, yaitu adakah pengaruh pacaran terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM). Jawaban masalah-masalah diseleksi, disusun kerangka sebab akibat, selanjutnya data temuan digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Analisa ini juga menggambarkan data tersebut secara keseluruhan, dan menganalisa dengan cara membuat kata kunci, untuk selanjutnya disimpulkan.












BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS LAPANGAN

A. Gambaran Umum
1. Sekilas Tentang Aktivitas Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Mahasiswa adalah salah satu bagian dari kalangan akademis yang memiliki daya intelektual dan daya kreativitas tinggi. Dalam hal ini adalah mahasiswa FIDKOM. Ini terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan yang terlaksana, baik itu kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas FIDKOM maupun Kegiatan Unit Mahasiswa (UKM) atau bisa juga disebut LSO (Lembaga Semi Otonom), LSO yang ada di Fakultas FIDKOM yakni, paduan suara Voice Of Communication (VOC), Lembaga Dakwah Kampus (LDK), dan masih banyak lagi. Sebenarnya kegiatan yang dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakutas FIDKOM maupun LSO-LSO. adalah seperti, Seminar Mahasiswa, Pelantihan Jurnalistik, Workshop Film, Public Speaking, Pelatihan Dasar Penyiaran Radio atau Pembaca Berita TV dan lain sebagainya. Paduan suara VOC adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dalam bidang seni tarik suara. VOC juga memiliki band, jadi kegiatan yang dilaksanakan dengan musik, sedangkan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) hanya berfokus pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan bakat dakwah yang dimiliki oleh setiap mahasiswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FIDKOM adalah mahasiswa yang benar-benar memiliki sifat kritis, daya kreatifitas yang diimbangi dengan moral dan akhlak yang baik, dalam mengembangkan ilmu yang didapat dari perkuliahan, tentunya hal ini dapat menambah pengalaman dan bakat di masa depan nanti.

Selain kegiatan perkuliahan dan kegiatan-kegiatan tersebut diatas, mahasiswa FIDKOM juga mempunyai kegiatan lain pada saat waktu senggang perkuliahan, yaitu berpacaran. Aktivitas tersebut sering dijumpai disetiap perkuliahan dan disetiap sudut FIDKOM. Aktivitas tersebut sudah menjadi rutinitas mahasiswa disamping kegiatan kuliahnya. Apalagi mahasiswa di FIDKOM didominasi oleh usia remaja dan usia anjak dewasa, dimana usia tersebut adalah masa-masa yang labil bagi setiap orang, pada saat usia tersebut pula mereka mengalami perubahan fisik dan psikis pada masa-masa yang dilaluinya, dimana mereka ingin mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukan dan dirasakannya, seperti halnya pacaran, karena adanya dorongan dan rasa ingin tahu mereka yang tinggi, serta mahasiswa FIDKOM memiliki banyak waktu senggang diantara jam kuliah ataupun antara kuliah, remaja belum memiliki orientasi materi karena kehidupan mereka masih serba ditanggung oleh orangtuanya, jadi tidak ada hal penting yang terlalu membebani pikiran mereka.

B. Temuan dan Analisis Data
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dengan jumlah tiga responden, menghasilkan data sebagai berikut:
1. Persepsi Pacaran
Pacaran merupakan suatu hubungan yang eksklusif, dimana di dalamnya terjadi komunikasi intensif dan perlakuan yang terpisah dan istimewa. Hal ini juga ditunjukkan bahwa Sebagian besar responden mengetahui arti pacaran, seperti yang dituturkan oleh salah satu responden berikut ini:
“…saya tau arti dari pacaran. Pacaran itu kan suatu hubungan antara pria dan wanita yang saling suka, dan dalam pacaran itu juga kan jalinan kasih yang harus dipisahkan dengan urusan-urusan lain. Pacaran juga saya perlakukan secara istimewa, artinya saya merencanakan aktivitas pacaran secara khusus…”

Dari penuturan responden diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pacaran adalah tahap untuk saling mengenal antara seorang pemuda dan pemudi yang saling tertarik dan berniat untuk mengadakan hubungan yang eksklusif (terpisah, sendiri, istimewa).

Karena pacaran adalah suatu hubungan yang eksklusif, artinya membutuhkan perlakuan yang khusus dan memerlukan perhatian dan pengertian tersendiri yang berakibat pada kedua pasangan untuk saling menerima satu sama lain. Hal yang demikian akan berpotensi merubah sikap dan perilaku seseorang. Sesuai dengan teori S-O-R yang menyatakan bahwa komunikasi akan efektif dan mampu merubah sikap, perilaku dan opini seseorang jika para pelaku komunikasi mempunyai sikap perhatian, pengertian, dan penerimaan terhadap stimulus (pesan) yang disampaikan.

2. Motivasi Seseorang Berpacaran
Dalam melakukan aktivitas biasanya ada suatu hal yang memotivasi seseorang melakukan aktivitas tersebut. Begitu juga halnya dengan pacaran, banyak sekali hal dapat memotivasi seseorang untuk berpacaran. Berdasarkan hasil wawancara penelitian, menunjukkan bahwa hal yang memotivasi mahasiswa FIDKOM berpacaran adalah rasa ingin tahu para mahasiswa yang tinggi dan ingin coba-coba, serta dianggap tidak gaul kalau tidak pacaran. Hal ni seperti penuturan responden:
”...hal yang paling memotivasi saya dalam berpacaran adalah saya pengen tau aja pacaran itu kaya gimana dan dari situ saya mau coba-coba, dan juga temen-temen suka ngeledekin saya gak gaul, maka dari itulah saya mencoba-coba buat pacaran...”

Teori S-O-R menyatakan bahwa Dalam proses perubahan sikap, sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Itu artinya jika motivasi dalam diri seseorang sangat tinggi, maka akan mampu membuat seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan, begitu pula halnya dengan pacaran. Jika motivasi untuk berpacaran dalam diri seseorang sangat tinggi, maka orang itu akan melakukannya. Hal yang demikian akan mengganggu stabilitas prestasi belajar mahasiswa FIDKOM.

3. Pengalaman Berpacaran
Pacaran adalah suatu rutinitas yang harus dilakukan oleh para remaja. Tidak mengherankan jika pengalaman pacaran para remaja sekarang sudah cukup mumpuni, hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara penelitian kepada para responden yang rata-rata berumur 19 tahun:
“…ya..kira-kira saya sudah pernah pacaran lebih dari enam kali deh, itu juga saya pengen tau aja pengalaman pacaran ama beda-beda orang. Saya kalau pacaran bisa dibilang hampir setiap hari, karena kan saya nge-kost cowok saya juga nge-kost jadi gampang lah buat ketemunya dan biasanya saya pacaran lebih banyak di kampus sih daripada di rumah atau kosan dan juga biasanya saya pacaran itu ngobrol-ngobrol, curhat, dan pokoknya gak menyimpang deh…”

Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa lebih dari enam kali responden melakukan pacaran, itu artinya sudah lebih dari enam kali mahasiswa FIDKOM berganti-ganti pasangan. Dan lebih mengejutkannya lagi, sebagian besar mahasiswa FIDKOM berpacaran hampir setiap hari, mereka berpacaran di kampus, di rumah atau di kosan serta biasanya mahasiswa berpacaran melakukan hal yang sewajarnya seperti berbincang-bincang, curhat dan hal yang tidak melanggar norma-norma yang ada.

Pengalaman berpacaran berarti seberapa lama seseorang melakukan aktivitas pacaran. Jika merujuk pada hasil penelitian, menunjukkan bahwa lebih dari enam kali mahasiswa FIDKOM berpacaran, melihat realita yang ada, dapat dirasakan begitu banyak hal-hal yang negatif masuk ke dalam diri mahasiswa FIDKOM, bahkan melebihi batas-batas normal. Ini akan mampu merubah perilaku seseorang, dalam hal ini prestasi belajar. Hal ini sejalan dengan teori S-O-R yang berbunyi bahwa sikap seseorang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang Berpacaran
Suatu aktivitas yang biasa seseorang lakukan, mungkin disadari ataupun tidak pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas tersebut, baik secara internal maupun eksternal. Begitu juga dengan pacaran, jika dicermati bahwa ada faktor dari dalam dan dari luar yang mempengaruhi seseorang melakukan aktivitas pacaran, hal ini dituturkan oleh responden sebagai berikut:
“…sebenernya faktor dalam diri saya yang mempengaruhi saya berpacaran adalah saya pengen tau pacaran ama pasangan yang sekarang gimana, dan saya juga pengen coba-coba pacaran lagi. Dan faktor dari luarnya seperti ada dorongan dari temen-temen yang mengharuskan saya pacaran, kemudian saya disangka gak gaul dan gak laku-laku kalau gak punya pacar…”

Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa FIDKOM berpacaran ada dua, yaitu faktor dari dalam diri (internal) yang meliputi: rasa ingin tahu dalam diri mahasiswa FIDKOM yang tinggi terhadap pacaran dan rasa ingin mencoba-coba para mahasiswa FIDKOM yang juga tinggi daam berpacaran. Sedangkan faktor dari luar (ekternal) meliputi: adanya motivasi dari lingkungan, seperti teman-teman dan dianggap tidak gaul apabila tidak berpacaran.

5. Dampak-dampak Berpacaran
Ketika seseorang melakukan sesuatu, pasti akan melahirkan dampak yang dirasakan oleh orang tersebut, baik dampak yang positif maupun dampak yang negatif. Berikut penuturan responden tentang dampak-dampak yang ditimbulkan dari aktivitas pacaran:
“…emangnya sih saya rasain dampak-dampak dari pacaran itu, baik itu dampak positif dan negatifnya. Selama ini yang saya rasakan positifnya pacaran itu adalah kadang-kadang pacar saya mengingatkan dan ngasih motivasi saya buat belajar, saya merasa lebih banyak punya temen, kan pacar saya punya banyak temen, dan saya juga merasa aman kalau jalan kemana-mana, kan ada pacar saya yang selalu melindungi. Tapi ada juga negatifnya berpacaran, yang saya alami kalau lagi marahan saya suka kepikiran terus dan saya jadi males ngapa-ngapain, selain itu pacar saya sering ngatur-ngatur, itu bikin saya gak bebas, terus satu lagi saya takut terjerumus lagi pada perilaku yang menyimpang yang pernah saya alami yaitu perilaku seksual …”

Dari realita di atas dapat disimpulkan bahwa dampak positif dan dampak negatif dari pacaran bagi mahasiswa FIDKOM adalah sebagai berikut:
1. Dampak Positif
a. Meningkatkan gairah dan menambah motivasi untuk belajar. Hal ini akan
berdampak terhadap meningkatnya prestasi belajar.
b. Pergaulan sosial lebih meluas, karena pacaran membuat seseorang untuk
bersosialisasi dengan banyak orang.
c. Merasa aman ketika jalan karena sang pacar selalu melindungi

2. Dampak Negatif
a. Prestasi akan menurun karena dalam pacaran ada masalah-masalah yang
selalu terbayang, hal itu membuat seseorang untuk malas belajar dan
berakibat pada menurunnya prestasi belajar.
b. kebebasan untuk aktivitas lain akan terbatasi karena sang pacar selalu
mengatur dan waktu dihabiskan hanya untuk berdua.
c. Pacaran zaman sekarang selalu dekat dengan kehidupan seksualitas.
Dampak inilah yang paling dikhawatirkan karena akan manimbulkan
masalah sosial.

6. Persepsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang diraih dari jerih payah seseorang dalam memahami suatu materi pelajaran yang dinyatakan daam bentuk skor atau penghargaan (reward). Dalam hal ini adalah mahasiswa FIDKOM, dinyatakan berprestasi jika nilai rata-rata indeks prestasinya (IP) mencapai 3,00 atau lebih, berikut penuturan responden mengenai prestasi belajar:
“…prestasi belajar itu kan suatu hasil belajar yang didapat seseorang dari usahanya sendiri. Mahasiswa dikatakan berpretasi kalau dia cepet paham pelajaran, dapet IP yang tinggi, ya…minimal 3,00 lah…”

Teori S-O-R yang menyatakan bahwa komunikasi akan efektif dan mampu merubah sikap, perilaku dan opini seseorang jika pelaku komunikasi mempunyai sikap perhatian, pengertian, dan penerimaan terhadap stimulus (pesan) yang disampaikan.

Intisari teori di atas bisa dicapai, yaitu perubahan sikap dalam hal ini adalah prestasi belajar jika mahasiswa FIDKOM svmempunyai sikap perhatian, pengertian dan penerimaan terhadap pelajaran yang disampaikan para dosen dikampus.

7. Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar
Aktivitas pacaran disadari atau tidak akan membawa pengaruh terhadap prestasi belajar seseorang, seperti yang dituturkan responden berikut ini:
“…iya nih semenjak saya pacaran, saya jadi males-malesan buat belajar, padahal saya udah berusaha untuk ngatur waktu antara pacaran dan kuliah, eh..malah lebih rajin pacaran daripada kuliah, apalagi pas saya lagi ribut ama pacar saya, jangan kan kuliah, bergerak dari kamar aja saya males, padahal saya sadar bahwa semua ini akan membawa dampak pada nilai saya…”

Hal di atas menunjukkan bahwa pacaran sangat berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar mahasiswa FIDKOM. Hal ini terjadi karena intensitas waktu lebih banyak digunakan untuk pacaran, yang berakibat terbengkalainya aktivitas kuliah. Hal yang demikian itu akan berdampak terhadap menurunnya indeks prestasi yang diraih mahasiswa tersebut.

Menurut teori S-O-R, bahwa sikap dan perilaku seseorang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Dalam hal ini pacaran akan mampu mempengaruhi prestasi belajar jika aktivitas pacaran dilakukan secara intensif dan dapat perhatian khusus.













BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pacaran adalah suatu hubungan eksklusif antara pria dan wanita yang saling menyukai yang di dalamnya terjalin komunikasi yang intensif. Hal yang demikian itu akan mempengaruhi terhadap prestasi belajar seseorang. Dimana prestasi belajar merupakan hasil jerih payah seseorang yang didapat dari hasil belajar.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pacaran dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Karena pacaran adalah suatu hubungan yang ekskusif, artinya membutuhkan perlakuan khusus dan istimewa, seperti yang diutarakan responden “Pacaran itu kan suatu hubungan antara pria dan wanita yang saling suka, dan dalam pacaran itu juga kan jalinan kasih yang harus dipisahkan dengan urusan-urusan lain. Pacaran juga diperlakukan secara istimewa, artinya merencanakan aktivitas pacaran secara khusus”. Hal demikian tersebut membuat para mahasiswa memperlakukan pacaran melebihi aktivitas-aktivitas lain, salah satunya adalah aktivitas belajar. Aktivitas yang demikian berpotensi membuat para mahasiswa bermalas-malasan untuk kuliah yang berakibat akan menurunnya prestasi belajar mahasiswa tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, Selain pengaruhnya terhadap prestasi belajar, pacaran juga membawa dampak-dampak negatif seperti: mempersempit pergaulan sosial karena para mahasiswa menghabiskan waktunya hanya berdua. Dampak yang paling dikhwatirkan adalah pacaran identik dengan seksualitas, seperti perngayataan responden “pacar saya sering ngatur-ngatur, itu bikin saya gak bebas, terus satu lagi saya takut terjerumus lagi pada perilaku yang menyimpang yang pernah saya alami yaitu perilaku seksual”. Hal ini akan menimbulkan masalah baru, yaitu penyakit sosial seperti seks bebas, aborsi dan lain-lain. Namun, tidak sedikit pula dampak positif dari pacaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pacaran dapat meningkatkan motivasi belajar, sesuai dengan yang diutarakan responden Selama ini “yang saya rasakan positifnya pacaran itu adalah kadang-kadang pacar saya mengingatkan dan ngasih motivasi saya buat belajar”. Akan tetapi dengan catatan jika diantara pasangan (pria/wanita) saling mengingatkan dan mendukung dalam aktivitas belajar.

B. Saran
1. Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) harus lebih waspada terhadap pacaran zaman sekarang, artinya apabila ingin berpacaran harus dipikirkan secara matang dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan dampak yang akan timbul akibat dari aktivitas pacaran, karena kebanyakan orang beranggapan bahwa pacaran zaman sekarang identik dengan hal-hal yang negatif.
2. Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi harus menerapkan aturan beserta sanksinya secara tegas kepada mahasiswa yang melakukan aktivitas pacaran di kampus. Apabila hal ini diterapkan, maka akan mampu meminimalisir hal-hal yang negatif akibat dari pacaran.
3. Alangkah lebih baik dalam rangka untuk mencapai cita-cita, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) memfokuskan diri pada aktivitas, karena jika sesuatu pekerjaan dilakukan dengan focus dan totalitas akan membuahkan hasil yang memuaskan.








DAFTAR PUSTAKA

Benjamin S. Bloom. 1956. Klasifikasi Hasil Belajar. Surabaya: Offiset Indah.
E. Kristi Purwadani. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:
LPSP3 UI, 1998) Cet. Ke-1.
Hasan Sadaly. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:
PT. Gramedia.
Http/www. Ant.com/Artikel Purnama Julia Utami. Pengaruh Pacaran Terhadap Prestasi Belajar Remaja. 11 Januari 2010.
Interview. Pacaran dan Prestasi Belajar Mahasiswa FIDKOM. Ciputat. 18-20 Juni 2010.
Kuzel. 1999. Metode Riset Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Laporan Hasil Survei Synevote (Indonesia), Perilaku seksual di empat kota,
(September 2004).
Lexy. J Maleong. Metode Penelitian Kuaitatif. Bandung: PT. Remaja Kosda Karya. 2002.
Mardalis. Metode Peneitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. 2002. Cet. Ke-5.
Muhibbin Syah. 1997. Motivasi Prestasi Belajar. Surakarta: Yudhistira.
Onong Uchjana Effendy. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Slameto. 2003. Prestasi Belajar. Jakarta: Gramedia Indonesia.
Winarni. 2002. Komunikasi Massa. Malang: UMM Press.
Winkel. 1996. Prestasi Belajar Anak. Bandung: Sinar Dunia.
Www.ditptksd.go.id. Kartono. 1995. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar. 20/04/2010.
Www.indowebster.web.id. Saud Saumiman. Alasan-alasan Remaja Berpacaran. 16/06/2010.
Www.wartawarga.gunadarma.ac.id. Arifin. Dampak positif dan Negatif Pacaran Bagi Remaja. 15/11/09.
Yunan yusuf. Pedoman Akademik fak. Dakwah Ilmu dan Ilmu komunikasi. Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. 2004-2005.

Proposal Skripsi

Pengaruh Model Pembelajaran Praktikum Fisika Terhadap Kreatifitas Siswa
di
Sekolah Menengah Umum
( Eksperimen pada kelas X SMU Perguruan Rakyat 2 Jakarta Timur )

Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Bimbingan Karya Ilmiah



Disusun Oleh:
Hilmansyah
(108053000008)




JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH V A
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi masalah
C. Pembatasan masalah
D. Perumusan maslah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian

BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat Kreatifitas
2. Hakikat Belajar Mengajar Fisika
A. Pengertian Belajar Mengajar
B. Pengertian Fisika
3. Hakikat Praktikum
A. Pengertian Model Pembelajaran Praktikum
B. Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Variabel Penelitian
E. Rancangan Penelitian
F. Instrumen Penelitian
G. Hipotesis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSATAKA SEMENTARA













BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harus disadari bahwa dewasa ini pembelajaran fisika terlalu banyak hafalan maka yang terjadi adalah pembelajaran terlalu berorientasi pada isi bukan pada proses pembelajaran. Padahal memorisasi atau ingatan (hasil hafalan) adalah tingkat mental paling bawah, sementara tingkat-tingkat mental paling atas yaitu kreativitas terabaikan.
Seseorang dikatakan belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman, yang dikatakan seseorang belajar bukan seperti orang yang habis berlari kemudian ia lelah namun setelah ia istirahat lelahnya akan hilang, tetapi belajar adalah hasil dari sebuah pengalaman yang akan selalu diingat selamanya bahkan akan diterapkan dalam kehidupan nyata.
Para ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa anak didik lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika pengajaran konsep-konsep tersebut disertai dengan contoh-contoh kongkrit yaitu siswa membangun konsep-konsep dan prinsip dengan jalan melakukan kegiatan praktek (hands-on activity). Sejalan dengan ide tersebut pengajaran MIPA SMU dewasa ini mengalami pergeseran dari pembelajaran berpusat pada guru (Teacher’s Centered) ke arah pembelajaran berpusat pada murid (Student’s Centered).
Hans Jeller (AS) dan Klaus Urban (Jerman Barat) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa anaka Indonesia kreativitasnya paling rendah dari 9 negar yang diteliti diantaranya Philipina, AS, Jerman Barat, India, RRC, Kamerun, Zulu (afrika), namun penelitian ini dibantah oleh Tungul Siagian yang menyatakan bahwa tidak betul kreativitas anak Indonesia rendah, tetapi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas kurang.
Untuk itu dalam rangka mengembangkan kreativitas tersebut sangat dituntut peran serta guru. Seorang guru harus selalu membuat siswa menjadi seorang yang kreatif, dengan selalu memberikan kebebasan pada siswa dalam berpikir bahkan untuk menciptakan hal-hal yang baru yang dapat diciptakan dari gabungan atatu kombinasi sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh setiap siswa sebelumnya yang merupakan hasil dari proses belajar.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang yang sangat luas seperti yang telah dikemukakan. Penulis
Mengidentifikasikan antara lain:
1. Apakah pada proses belajar mengajar fisika sudah memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk melakukan metode praktikum?
2. Apakah dengan memberikan pengaruh metode praktikum fisika dapat menciptakan kreativitas siswa?
3. Fakta-fakta apa saja yang mempengaruhi kreativitas siswa?
4. Apakah terdapat pengaruh metode praktikum fisika terhadap kreativitas?

C. Pembatasan Masalah
Agar peneliti lebih terarah maka ruang lingkup masalahnya dibatasi pada pengaruh model pembelajaran praktikum fisika terhadap kreativitas siswa yang akan diukur dan dibatasi pada materi pembelajaran rangkaian kapasitor.
D. Perumusan masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “ Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran praktikum fisika terhadap kreatifitas siswa?”

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi dan data mengenai pengaruh model pembelajaran fisika terhadap kreativitas siswa.

F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi guru untuk terus dapat mengembangkan kreativitas siswa melalui model pembelajaran praktikum.











BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. DESKRIPSI TEORITIK
1. Hakikat Kreativitas
Menurut Conny Semiawan et.all kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan ini tidak seluruh nya harus baru, mungkin saja berupa gabungan/ kombinasi sedangkan unsur-unsur pembentukan sudah ada sebelumnya. Kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau sudah ada sebelumnya. Kreatifitas terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi antar hal-hal atau objek–objek sebelumnya tidak ada atau belum tampak hubungannya.
Kreativitas menurut Prevdahl, juga dapat diartikan sebagai “kemampuan menghasilkan komposisi, produk/ gagasan saja yang ada pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya”.
Dari beberapa definisi di atas pada dasarnya mengemukakan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang. Kreativitas dapat diwujudkan dalam bentuk produk (misalnya terciptanya suatu benda)atau dalam bentuk gagasan. Hasil kreativitas ini tidak perlu seluruhnya baru tetapi dapat merupakan gabungan, kombinasi atau alternatif lain dari unsur-unsur lama yang sudah ada sebelumnya.
Ciri-ciri kreatif menurut S.C.U Munandar diantaranya (1) Keterampilan berpikir lancar, Kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, menyelesaikan masalah atau pertanyaan. (2) Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel). Kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. (3) Keterampilan berpikir orisinil. Kemampuan melahirkan ungkapan yang baru dan unik. (4) Keterampilan memperinci. Kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. (5) Ketermpilan menilai. Kemampuan menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakh suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana.

2. Hakikat Belajar Mengajar Fisika
A. Pengertian Fisika
Yang dimaksud dengan pengertian adalah apa yang secara mendasar harus atau yang harus dimiliki didalamnya terdapar ciri yang hakiki. Jadi yang dimaksud dengan pengertian fisika adalah apa yang secara mendasar harus ada dalam fisika dan apa yang ada ciri hakikinya. Kalau seseorang berpikir tentang fisika, maka akan timbul apa yang seharusnya muncu dalam pikirannya.

Tiga aspek pokok dari ilmu pengetahuan Alam yaitu proses (mode) keilmuan, produk keilmuan dan sikap keilmuan.

Yang dimaksud dengan sikap keilmuan adalah sikap dimiliki oleh para ilmuan pada umumnya, yang diperlukan dalam melakukan proses keilmuan untuk memperoleh produk keilmuan. Proses (mode) keilmuan adalah cara spesifik untuk menangani masalah-masalah keilmuan, dalam Ilmu Pengetahuan, yang meliputi langkah-langkah mempormilasi masalah, menyusun dan mengajukan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, mengolah data, memferivikasikan kesimpulan, menyusun dan merumuskan prinsip, hokum, teori untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenoma fisis.
Dalam pelaksanaan, apakah semua kegiatan dilaksanakan atau hanya sebagian, bergantung pada kompleksitas masalah yang dihadapi. Produk keilmuan adalah produk yang dihasilkan para ilmuan melalui kegitan keilmuan mereka.
Menurut Frederick J. Breche menjelaskan lebih rinci, fisika adalah :
Ilmu yang mempelajari hukum-hukum alam dan penerapannya terhadap benda mati; ilmu tentang materi dan energi; ilmu-ilmu yang mendasari semua ilmu pengetahuan alam yang dibagi-bagi dalam struktur dan tingkah laku materi; ilmu yang diperoleh dengan mempelajari gejala alam.
Maka dapat disimpulkan fisika adalah seperti yang dikemukakan oleh Herbert Druxes sebagai berikut:
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum-hukum alam dan kejadian-kejadian alam dengan gambaran menurut pemikiran manusia. Dan gambaran itu berupa teori dan model fisikalis yang sedapat-dapatnya seragam dan tak dapat disangkal lagi.

B. Pengertian Belajar Mengajar
Berbicara tentang belajar mengajar ada beberapa aspek yang dapat dikaji.
Aspek-aspek itu antara lain: 1) Siapa yang melakukan
2) Apa yang dipelajari atau yang diajarkan
3) Apa yang dilakukan selama belajar mengajar berlangsung
4) Apa yang ingin dicapai dengan kegiatan tersebut.

3. Hakikat Praktikum
A. Pengertian Model Pembelajaran Praktikum
Praktikum adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan cara membagi siswa dalam suatu kelompok untuk membuktikan teori. Metode ini dipandang lebih efektif untuk memperoleh dan meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Fisika.
Kebanyakan guru fisika mengajar praktikum dengan salah satu tujuan dari yang berikut (Shulman dan Tamir, 1973) :
1. Mendorong dan mempertahankan minat, sikap yang baik, kepuasan, keterbukaan dan rasa ingin tahu terhadap IPA.
2. Mengembangkan pikiran yang kreatif dan kemampuan untuk memecahkan masalah .
3. Mendorong berbagai aspek dari pikiran keilmuan termasuk bagian dari metode IPA seperti merumuskan hipotesa dan anggapan;
4. Mengembangkan pemahaman konsep dan potensial intelektual; dan;
5. Mengembangkan keterampilan proses seperti merancang dan melakukan penyelidikan, mengukur, merekam data, menganalisa dan menafsirkan hasil percobaan;
6. Mengembangkan keterampilan dalam menggunakan teknik-teknik eksperimental dan penggunaan alat seperti mulimeter, merangkai alat, dan sebagainya.
Untuk dapat mencapai kualifikasi dasar seperti yang dikatakan oleh Helmut Nolker dan Everhard Schoenfeld, bahwa pengajaran fisika harus mempunyai pertalian langsung dengan praktikum serta kualifikasi yang relevan dengannya, maka perlu digunakan suatu metode mengajar praktikum yang benar, terutama mengenai klasifikasi praktikum yang akan diterapkan.

B. Kerangka Pikir
Pembelajaran fisika di SMU termasuk dalam pembelajaran sains, dimana konsep-konsep dasarnya merupakan generalisasi yang ditarik dari fenomena alam yang diakumulasikan daalm bentuk teori. Oleh karena itu dalam praktikum proses sebaiknya pengajar memberi proritas pada latihan keterampilan proses yang lebih tinggi dengan menggunakan pengetahuan atau konsep-konsep fisika yang relatife mudah dikuasai siswa.
Tetapi bentuk praktikum yang dikemukakan adalah bentuk praktikum yang dapat merangsang kemampuan tinggi rendahnya tingkat kreatifitas seseorang. Hal ini terutama ditandai dengan keterampilan berproses yang tingkat kognitifnya lebihrendah seperti pengukuran, manipulasi peralatan, perekaman data, dan seterusnya. Dengan demikian dapat diduga terdapat pengaruh model pembelajaran praktikum siswa terhadap kreativitas siswa.

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka pikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu “Terdapat pengaruh model pembelajaran praktikum fisika siswa terhadap kreativitas siswa”








BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
Dalam penelitian adalah siswa-siswi kelas X di SMU Perguruan Rakyat 2 Jakarta. Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru fisika kelas X (sepuluh) dan siswa-siswi kelas X (sepuluh).

B. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di SMU Perguruan Rakyat 2 Jakarta, dengan subyek penelitian ialah siswi-siswa kelas X (sepuluh) yang berjumlah 40 orang. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 tahun 2010/2011.

C. Metode Penelitian
Dalam penelitin ini, metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen, yaitu suatu eksperimen semu dimana penelitian menggunakan rancangan penelitian tidak dapat mengontrol secara penuh terhadap ciri-ciri dan karakteristik sample yang diteliti, tetapi cenderung menggunakan rancangan yang memungkinkan pengontrolan dengan situasi yang ada.

D. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini, populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMU Perguruan Rakyat 2 Jakarta. Sedangkan untuk sampelnya dipilih dua kelas yaitu siswa kelas X yang dipilih secara cluster random sampling dari tiga kelas.

E. Variabel penelitian
Variabel penelitian yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran praktikum yang diberikan selama proses pembelajaran, dan yang variabel terikat adalah kreativitas siswa yang diukur dengan memberikan tes paraktikum secara individual.

F. Rancangan Penelitian
1. Fokus masalah
Fokus masalah ini pada proses pengukuran, perekam data, alat untuk memanipulasi data pada konsep mata pelajaran Fisika.
2. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah tes tertulis dan praktikum untuk melihat kreativitas siswa di SMU Perguruan Rakyat 2 Jakarta.

F. Instrumen Penelitian
1. Definisi Konseptual
Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas, elaborasi, dan evakuasi.
2. Definisi Operasional
Kreativitas adalah skor yang diperoleh dari hasil pengukuran kreativitas yang meliputi 4 kemampuan berpikir seperti logis, rasional, analisis dan kritis. Pengukuran menggunakn bobot penilaian, untuk berpikir kritis berbobot 4, berpikir analisis berbobot 3, berpikir rasional berbobot 2 dan berpikir logis berbobot 1.
3. Kisi-kisi instrumen tes kreativitas bentuk essay
Tabel 1 : Kisi-kisi instrumen
NO ASPEK INDIKATOR SKOR
1 Kelancaran Siswa dapat mengungkapkan banyak gagasan melalui hasil pengamatan 10
2 Keluwesan Siswa dapat mengungkapkan gagasan yang bervariasi tentang bagaimana benda plastik dapat bermuatan listrik yang ditunjukkan melalui percobaan sedehana 6
3 Orisinalitas Siswa dapat mengungkapkan gagasan yang baru tentang bagaimana seseorang dapat terhindar dari petir dalam situasi 6
4 Elaborasi Siswa dapat menunjukkan cara bagaimana kertas dapat tertarik lebih banyak pada sebuah penggaris setelah digosokkan 8
5 Menilai/ Evaluasi Siswa dapat menunujkan kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dalam suatu situasi. 10

4. Kalibrasi Instrumen
Untuk mengetahui instrumen yang baik digunakan kaidah valid dan invalid.
a. Validitas instrumen
Untuk mengetahui valid dan tidaknya suatu instrumen diperlukan validitas instrumen diperlukan validitas instrumen. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan validitas isi (content validity) . Validitas ini berkenaan dengan keterampilam praktikum.
b. Relialibilitas insrumen
Reliabilitas instrumen adalah ketetapan instrumen atau alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Jika alat evaluasi itu reliable, maka hasil dari dua kali atau lebih pengevaluasian dengan dua atau lebih alat evaluasi yang evaluasi yang senilai (ekuivalen) pada masing-masing pengetesan diatas akan sama. Suatu alat evaluasi dikatakan baik apabila, antara lain reabilitasnya tinggi. Realibilitas instrumen kreativitas pada penelitian ini diuji dengan rumus alpha cronbach.

Keterangan:
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
= jumlah varians butir
= varians total
Klasifikasi koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:
= 0,91-1,00 sangat tinggi
=0,71-0,90 tinggi
= 0,41-0,70 cukup
= 0,21-0,40 rendah
< 0,20 sangat rendah








DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rhineka Cipta. 1998
B. Hurlock, Elizabeth. Perkembangan Anak. Terjemahan Meita Sari Tjandrasa. Jakarta : PT Gramedia. 1990.
Conny Semiawan, AS, Munandar dan S.C.U Munandar. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta : PT Gramedia. 1987.
Munandar, S.C.U. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah : Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua, Jakarta : PT Gramedia. 1990.
_____ Kreatuvitas dan Keterbakatan ; Startegi Mewujudkan Potensi Keatif dan Bakat. Jakarta : PT Gramedia. 2002.
Norah Morgan and Juliana Saxon. Teaching Question & Learning, Newyork : Routledge. 1991.
Subiyanto. Evaluasi Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. 1988.
Supardiyono. “Upaya mengembangkan Kreativitas dalam Proses Belajar Mengajar” Media Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, No. 8. Tahun 47, 1990.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persadi.

Kamis, 06 Januari 2011

Pemecahan Masalah dan Pengambilan keputusan

Tugas ini Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Ilmu Manajemen


Dosen : Cecep Sastrawijaya

Disusun Oleh:
Handy Indra Dermawan
Hilmansyah



JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH II A
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2009


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada suri teladan kita nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman nanti.

Maksud dan tujuan kami membuat makalah ini agar para mahasiswa mengetahui dan memahami kajian Ilmu Manajemen dan dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan.

Kami sebagai manusia menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen Ilmu Manajemen karena atas arahan dan bimbingannya, juga kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan harapan kami tentunya adalah kami makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua pada umumnya dan bagi kami sendiri pada khususnya. Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam memahami pelajaran Ilmu Manajemen.

Jakarta, April 2009



Kelompok IV







A. PEMECAHAN MASALAH
Biasanya masalah timbul bila suatu keadaan nyata berbeda dari keadaan yang diinginkan. Dalam organisasi sering kali menghadapi banyak sekali masalah. Oleh karena itu pemecahan masalah sangat diperlukan. Ada beberapa tahap dalam memecahkan masalah, diantaranya:
1. Proses Penemuan Masalah
Secara umum ada empat situasi yang dapat membantu untuk mengenal lebih dini adanya masalah, yaitu:
1. Bila ada penyimpangan dari pengalaman yang lalu, berarti pola kinerja atau prestasi
yang lalu dalam organisasi berubah.
2. Bila ada penyimpangan dari rencana.
3. Bila ada orang atau pihak luar yang menyampaikan masalah kepada manajer.
4. Prestasi para pesaing.
2. Penemuan Masalah
Tidaklah mudah menemukan apakah suatu situasi yang dihadapi suatu perusahaan menimbulkan masalah. Menurut David B. Gleicher, masalah adalah sesuatu yang membahayakan organisasi untuk mencapai sasarannya.
3. Menemukan untuk Memutuskan
Setiap manajer harus mampu memecahkan suatu masalah yang ada. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan tentang bagaimana manajer menemukan suatu situasi yang merupakan masalah dan memutuskan untuk menghadapinya, yaitu:
a). Ambang Pengenalan Masalah
Dalam ambang pengenalan masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
● Seberapa besar perbedaan atau kesenjangan antara keadaan nyata dengan yang diinginkan?
● Bagaimana hal itu mempengaruhi kesempatan kita untuk mencapai tujuan organisasi?
● Sejauh mana usaha kita untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi?
● Seberapa cepat tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah yang terjadi ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secar efektif, seorang manajer harus menggunakan pertimbangannya berdasarkan pengetahuan tentang lingkungan kekuatan organisasi baik yang langsung maupun tidak langsung. Maka untuk menjadi seorang manajer yang efektif sangatlah penting melakukan pengumpulan informasi, baik melalui cara formal maupun tidak formal.
b). Menetapkan Prioritas
Setiap masalah yang timbul dalam keseharian dalam kegiatan operasi perusahaan tidaklah mungkin dapat diatasi semuanya dengan segera. Karena itu, penting bagi manajer untuk menentukan prioritas dan mendelegasikan masalah-masalah yang lebih kecil atau ringan kepada para bawahannya.

B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan Manajerial
Masalah-masalah yang berbeda menuntut jenis pengambilan keputusan yang berbeda pula. Jenis-jenis pengambilan keputusan, diantaranya:
a). Keputusan Terprogram
Keputusan yang diambil dengan kebijakan, prosedur atau peraturan tertulis/tidak tertulis yang mempermudah pengambilan keputusan dalam situasi berulang dengan membatasi atau meniadakan alternatif. Keputusan terprogram biasanya digunakan untuk mengatasi masalah-masalah kecil dan ringan.
b). Keputusan Tidak Terprogram
Masalah yang luar biasa atau istimewa yang jarang sekali muncul sehingga tidak tercakup oleh kebijakan atau sedemikian penting sehingga memerlukan perlakuan khusus harus ditangani dengan suatu keputusan yang tidak terprogram. Karena alasan ini, banyak program pengembangan manajemen berusaha meningkatkan kemampuan manajer untuk mengambil keputusan tidak terprogram.

Karena keputusan yang diambil mencakup peristiwa-peristiwa di masa yang akan datang, setiap manajer harus dapat menganalisis di bawah kondisi mana keputusan akan diambil: kondisi kepastian, risiko, atau ketidakpastian.

2. Model Pengambilan Keputusan Rasional
Organisasi mempertimbangkan pilihan mereka dan memperhitungkan tingkat risiko optimal dengan menggunakan model pengambilan keputusan yang rasional. Ini bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tidak terprogram dan membantu manajer mendalami lebih jauh pertimbangan apriori, yaitu asumsi bahwa pemecahan yang paling logis atau jelas atas suatu masalah adalah yang paling tepat. Dalam model pengambilan keputusan rasional terdiri dari empat tahap, yaitu:
1. Selidiki Masalah
Dalam menyelidiki suatu permasalah yang terjadi secara menyeluruh ada tiga aspek, yaitu:
a). Tentukan Masalah
Tentukan masalah utama dari suatu gejala yang terjadi di perusahaan, misalnya banyak karyawan kurang cakap dalam bekerja mengundurkan diri.
b). Identifikasi Sasaran Keputusan
Apabila masalah sudah ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan apa yang dapat digunakan sebagai pemecahan yang efektif. Manajer harus mulai menentukan bagian mana dari masalah itu yang harus dipecahkan dan mana yang sebaiknya ia upayakan pemecahannya.
c). Diagnosis Penyebab
Apabila manajer telah menemukan pemecahan yang memuaskan, ia harus menentukan tindakan untuk mencapainya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mendapat pengertian yang mendalam mengenai semua sumber masalah sehingga ia dapat merumuskan dugaan tentang penyebabnya.
2. Kembangkan Alternatif
Tahap ini mungkin lebih sederhana bagi keputusan yang terprogram, namun lebih rumit untuk keputusan yang tidak terprogram, terutama jika dihadapkan pada keterbatasan waktu. Seorang manajer sering terkecoh dengan hanya menerima alternatif pertama yang menghalangi manajer tersebut untuk menemukan pemecahan terbaik bagi masalahnya. Jadi sebaiknya jangan mengambil keputusan penting tanpa terlebih dahulu mengembangkan beberapa alternatif. Banyak alternatif pemecahan diharapkan dapat membantu manajer dalam mencari suatu pemecahan yang optimal.
3. Evaluasi Alternatif dan Pilih yang Terbaik
Setelah mengembangkan serangkaian alternatif pemecahan atas masalah yang dihadapi, manajer harus menilai masing-masing alternatif yang ada. Pertnayaan- pertanyaan berikut dapat membantu seorang manajer dalam menilai suatu alternatif:
● Apakah alternatif ini mungkin?
Dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mewujudkan alternatif ini. Pemecahan apa pun hanya efektif sejauh mendapat dukungan sumber daya dari perusahaan. Maka dalam menilai alternatif, manajer harus mencoba mengantisipasi apa yang akan terjadi jika karyawan tidak mendukung dan melaksanakannya dengan kesungguhan hati.
● Apakah alternatif tersebut suatu pemecahan yang memuaskan?
Jawaban atas pertanyaan ini adalah alternatif yang diambil akan mencapai sasaran keputusan dan memberikan peluang untuk berhasil.
● Apa kosekuensi yang mungkin bagi bagian lain organisasi?
Karena organisasia merupakan suatu sistem dari bagian-bagian yang saling terkait, manajer harus mencoba mengantisipasi bagaimana suatu perubahan yang terjadi pada satu bidang akan mempengaruhi bidang lain baik sekarang maupun dikemudian hari.
4. Laksanakan Keputusan dan Adakan Tindak Lanjut
Apabila telah memilih alternatif dari semua alternatif yang tersedia, manajer harus membuat rencana untuk mengatasi persyaratan dan masalah yang mungkin dihadapi pada waktu melaksanakan alternatif tersebut. Sumber daya harus diperoleh dan dialokasikan sesuai dengan keperluan. Selanjutnya manajer menentukan prosedur untuk laporan kemajuan dan bersiap-siap untuk melakukan perbaikan bila timbul masalah baru.









Daftar Pustaka

● A.M. Kadarman, Udaya Jusuf. Pengantar Ilmu Manajemen. 2001. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
● Stoner, James A.F. R.E. Freeman, Daniel R. Gilberto Jr. Manajemen (terjemahan).
1995. Jakarta: PT Prenhallindo.

Senin, 03 Januari 2011

Kumpulan Makalah Manajemen Masjid

A. PENGERTIAN MANAJEMEN MASJID
Manajemen masjid berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan masjid. Dimana masjid berasal dari kata sajada bermakna tempat sujud/sholat. Masjid bukan milik pribadi, tapi milik bersama yang harus diurus secara bersama-sama dengan kerjasama yang baik. Sedangkan manajemen, berasal dari kata manage yang berarti mengurus, membimbing, mengawasi, mengelola atau mengatur. Atau Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Jika dua kata tersebut dipadukan, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Masjid adalah proses/usaha mencapai kemakmuran masjid yang idea yang dilakukan oleh pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai aktivitas yang positif.

Manajemen Masjid juga merupakan upaya memanfaatkan faktor-faktor manajemen dalam menciptakan kegiatan masjid yang lebih terarah dan diperlukan pendekatan sistem manajemen, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling.

B. Fungsi/Peranan, dan Ruang Lingkup Masjid
1. Fungsi/Peranan Masjid
Jika diamati masjid mempunyai banyak fungsi/peranan. Selain tempat untuk beribadah, masjid juga memiliki fungsi/peranan sebagai berikut:
a) Masjid berfungsi/berperan sebagai tempat berkonsultasi dan berkomunikasi tentang keislaman dan tentang kehidupan sehari-hari.
b) Masjid sebagai wadah berdakwah atau syiar agama Islam.
c) Masjid sebagai wadah tranformasi ilmu pengetahuan atau tempat pendidikan.
d) Masjid mempunyai fungsi/peranan sebagai wadah berkontak sosial.
e) Masjid dapat digunakan sebagai tempat latihan militer.
f) Masjid sebagai sarana perdamaian dan musyawarah.
g) Masjid sebagai pusat penerangan, peradaban dan kebudayaan Islam.
h) Masjid berperan dan berfungsi sebagai tempat pengobatan
i) Dan lain sebagainya.

2. Ruang Lingkup Manajemen Masjid
Dalam pengapliksiannya, manajemen masjid mempunyai cakupan-cakupan/ruang lingkup sebagai berikut:
a. Manajemen Bangunan
b. Manajemen Kepengurusan
c. Manajemen Kepemimpinan
d. Manajemen Kesekretariatan
e. Manajemen Keuangan
f. Manajemen Dana dan Usaha
g. Manajemen Pembinaan Jama’ah
h. Manajemen Kesejahteraan Umat
i. Manajemen Pembinaan Remaja

C. Administrasi, Organisasi dan Manajemen Masjid (idarah)
1. Administrasi, Organisasi dan Manajemen Masjid
Administrasi berasal dari bahasa Belanda, “Administratie” yang merupakan pengertian Administrasi dalam arti sempit, yaitu sebagai kegiatan tata usaha kantor, yaitu catat-mencatat, mengetik, menggandakan, dan sebagainya. (FX.Soedjadi, 1989).

Administrasi dalam arti luas, berasal dari bahasa Inggris “Administration” , yaitu proses kerjasama antara dua orang atau lebih berdasarkan rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. (S.P. Siagian, 1973). Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa administrasi masjid ialah proses penyelenggaraan semua kegiatan masjid yang dilakukan bersama-sama oleh pengurus masjid untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi pada umumnya kemudian digambarkan dalam suatu bagan yang disebut bagan organisasi. Bagan organisasi adalah suatu gambar struktur organisasi yang formal, dimana dalam gambar tersebut ada garis-garis (instruksi dan koordinasi) yang menunjukkan kewenangan dan hubungan.

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2. Hubungan Administrasi, Organisasi dan Manajemen
Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa sesungguhnya administrasi dan manajemen adalah sama, hanya saja istilah administrasi digunakan pada badan/organisasi pemerintah, sedangkan istilah manajemen dipergunakan untuk organisasi swasta. Administrator sama artinya dengan manajer, tetapi organisasi untuk pemerintah. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan istilah manajer untuk perusahaan swasta yaitu diantaranya manajer pemasaran, manajer pembelian dan lain-lain. Serta kepala bagian administrasi keuangan, kepala bagian administrasi kepegawaian dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara administrasi organisasi dan manajemen adalah sebagai berikut :
1) Kepemimpinan merupakan arti dari manajemen.
2) Melalui manajemen semua kegiatan di koordinir dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
3) Administrasi merupakan suatu kegiatan pelayanan, termasuk di dalam kegiatan administrasi adalah kegiatan pengelolaan atau manajemen administrasi dapat dilaksanakan di dalam atau diluar organisasi (formal).
4) Organisasi (formal) merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan administrasi.

D. Struktur dan Bagan Organisasi Masjid
Struktur organisasi masjid menggambarkan bagaimana organisasi itu mengatur dirinya sendiri, bagaimana mengatur hubungan antar orang dan antar kelompok. Struktur sangat berkaitan dengan tujuan, sebab struktur organisasi itu adalah cara organisasi itu mengatur dirinya untuk bisa mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur organisasi, diantaranya:
a) Strategi Organisasi
b) Skala Organisasi
c) Teknologi
d) Lingkungan

Struktur organisasi dapat dilihat berdasarkan lalu lintas kekuasaan, seperti berikut ini:
a) Organisasi lini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang memimpin unit-unit dalam organisasi.
b) Bentuk lini dan staf, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi.
c) Bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat horizontal.

Berikut ini adalah contoh struktur organisasi masjid:
KU : Ketua Umum
KPA : Ketua Bidang Pembinaan Anggota
KIP : Ketua Bidang Informasi dan Perpustakaan
KKU : Ketua Bidang Kesejahteraan Umat
KK : Ketua Bidang Kewanitaan
SU : Sekretaris Umum
B : Bendahara
SPA : Sekretaris Bidang Pembinaan Anggota
SIP : Sekretaris Bidang Informasi dan Perpustakaan
SKU : Sekretaris Bidang Kesejahteraan Umat
SK : Sekretaris Bidang Kewanitaan
WB : Wakil Bendahara
DPA : Departemen Bidang Anggota
DIP : Departemen Bidang Informasi dan Perpustakaan
DKU : Departemen Bidang Kesejahteraan Umat
DK : Departemen Bidang Kewanitaan

Bagan organisasi masjid merupakan gambaran tentang kepengurusan dan pembagian kerja dalam sebuah organisasi masjid untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. bagan juga membantu memperjelas keberadaan kepengurusan atau organisasi masjid. Berikut ini adalah contoh bagan organisasi masjid:





E. Kepemimpinan Masjid
Kepemimpinsn merupakan proses mengarahkan perilaku orang lain kearah pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam sebuah organisasi atau lembaga masjid. Masjid yang makmur dan berhasil karena peran pemimpin yang berhasil, baik memimpin beberapa atau beratus-ratus jama’ah, karyawan, dan pengurus masjid.

Selain mengarahkan dan mempengaruhi orang lain, secara umum pemimpin juga mempunyai peran-peran sebagai berikut:
1) Berkomunikasi.
2) Memusatkan perhatian pada pelanggan.
3) Membudayakan mutu.
4) Mengadakan inovasi.
5) Menampung aspirasi pelanggan.
6) Menetapkan struktur lembaga, tanggung-jawab dan wewenang.
7) Mengoreksi kebijaksanaan.
8) Mengatasi kendala.
9) Mengembangkan tim-tim kecil.
10) Mengembangkan mekanisme pemantauan dan evaluasi keberhasilan.
11) Mengadakan kaderisasi.
12) Memotivasi anggota

Selain itu juga pemimpin mempunyai gaya atau tipe kepemimpinan tersendiri. Berikut ini adalah gaya atau tipe kepemimpinan dalam sebuah organisasi:
1. Gaya atau Tipe Kepemimpinan Otoriter
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2. Gaya atau Tipe Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh.
3. Gaya atau Tipe Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Anda bisa menilai bagaimana kualitas manajemen yang ini.
4. Gaya atau Tipe Kepemimpinan Kondisional
Pemimpin yang demikian biasanya lebih fleksibel. Artinya, dalam pengambilan keputusan pemimpin yang bersifat kondisional tidak terlalu kaku/luwes, dan melihat kondisi lingkungan serta mempertimbangkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan.

F. Manajemen Keuangan Masjid
Secara tradisional, aliran dana ke masjid didapatkan dari hasil tromol jumat atau sedekah jamaah. Namun, mengandalkan income dari dua pos itu niscaya jauh dari memadai.
Cara mengumpulkan dana :
1. Mengadakan Bazaar (pasar amal)
2. Mengadakan pertunjukan
3. Menjual kalender Hijriyah
4. Lelang bahan bangunan masjd
Cara-cara tersebut diatas, bila diterapkan dengan system administrasi yang baik, Insya Allah akan dapat membantu pengurus atau panitia merekrut dana pembangunan masjid. Hanya saja, semua bentuk kegiatan itu memang memerlukan modal untuk bisa berjalan. Prasyarat modal tersebut bersifat mutlak.
Sumber Dana Masjid
a) Donator Tetap.
b) Donatur Tidak Tetap.
c) Donator Bebas.
Menggerakan Dana Masjid
Penangggulangan atas biaya-biaya yang timbul merupakan tanggung jawab pengurus bersama-sama jamaah masjid.
1. Pendekatan.
2. Kegiatan Yang Jelas.
3. Pengurus Yang dipercaya.
Pengelolaan Dana dan Pertanggungjawaban Keuangan Masjid
Setiap pengurus masjid diharapkan mampu menyusun laporan keuangan. Sekurang-kurangnya mencatat dengan jelas darimana uang masuk, dan penggunaan dana. Pengurus yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya tentunya tidak akan melalaikan tugasnya. Akan tetapi jika pengelolaan keuangan masjid adalah orang-orang yang tidak dapat dipercaya,maka pengelolaan keuangan masjid tidak dapat dilaksanakan secara baik.

G. Memakmurkan (Ta’mir) Masjid
Memakmurkan masjid adalah membangun dan mendirikan masjid, mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah, menghormati dan memeliharanya dengan cara membersihkannya dari kotoran-kotoran dan sampah serta memberinya wangi-wangian.
Bentuk-bentuk memakmurkan masjid dan keutamaannya:
1) Membangun/mendirikannya.
2) Membersihkannya dan memberinya wangi-wangian.
3) Kegiatan keagamaan.
4) Kegiatan pendidikan, dan
5) Kegiatan–kegiatan lainnya.
Cara Memakmurkan Masjid:
1. Kesungguhan pengurus masjid.
2. Memperbanyak kegiatan.

H. Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid Terhadap Pengurus Masjid, Masyarakat, Khatib, Imam, Remaja Masjid, Muadzin dan Marbot
Sikap pengurus masjid terhadap jamaah pengurus masjid seharusnya mampu memperlihatkan sikap:
a. Keterbukaan.
b. Keakraban.
c. Kesetiakawanan.
Sikap Pengurus Masjid Terhadap Masyarakat
a) Lemah lembut.
b) Peka (perhatian).
c) Koperatif (bekerjasama).
Sikap Pengurus Kepada Khotib
1) Sopan santun.
2) Hormat.
Sikap Pengurus Kepada Imam
Sebagaimana sikap terhadap khotib,pengurus masjidpun harus mmeperhatikan imam masjid dalam menjalankan tugasnya. Sarana dan fasilitas yang perlu di perhatikan pengurus terhadap imam masjid,antara lain:
a) Perlengkapan sarana ibadah.
b) Buku-buku Agama Islam dan Umum.
c) Honorarium Imam.
d) Jaminan Sosial.
Sikap pengurus terhadap remaja masjid
1. Kebapakan.
2. Komunikatif.
3. Terbuka.
Sikap pengurus terhadap Muadzin
Pengurus masjid perlu memperhatikan orang-orang yang akan dipilih menjadi muadzin dengan memerlukan syarat-syarat tertentu,antara lain:
1. Fasih.
2. Panjang Nafas.
3. Suara Merdu.
Sikap pengurus terhadap marbot
1. Akrab.
2. Mendidik.
3. Santun.
4. Menyantuni marbot masjid.

I. Pembinaan Pengurus Kepada Jamaah Masjid dan Remaja Masjid
Dalam sebuah, sebaiknya jama’ah harus dikelompokkan agar mempermudah pengurus masjid dalam membinanya. Adapun klasifikasi jama’ah secara umum, yaitu:
a) Jamaah Inti, yaitu Pengurus Masjid yang merupakan tenaga penggerak dalam pemakmuran masjid.
b) Jamaah Utama, yakni Jamaah tetap yang menjadi Pendukung utama pemakmuran masjid. Masjid yang memiliki data tentang jamaah utama. (Jamaah iniah yang menjadi garapan utama pembinaan dari pengurus masjid.).
c) Jamaah Umum adalah kaum muslimin pada umumnya yang ikut serta beribadah dan memakmurkan masjid. Namun tidak bisa.

Dalam subuah masjid sangat diperlukan organisasi remaja masjid karena remaja masjid adalah organisasi Underbouw ta’mir masjid yang mengorganisir kegiatan mamakmurkan masjid oleh para remaja muslim. Remaja masjid juga diperlukan karena sebagai alat mencapai tujuan dakwah dan wadah bagi remaja muslim dalam beraktivitas di masjid.

Di zaman sekarang ini, diperlukannya penerapan asas-asas organisasi dalam membina remaja masjid. Dalam penerapan asas-asas organisasi untuk remaja masjid diperlukan sikap kritis, sehingga prinsip-prinsip organisasi yang diterapkan dapat dinafasi oleh nilai-nilai Islam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun asas-asas organisasi yang bisa diterapkan, yaitu:
1) Perumusan tujuan yang jelas.
2) Departementasi.
3) Pembagian kerja.
4) Koordinasi.
5) Pelimpahan wewenang.
6) Rentang kendali.
7) Jenjang organisasi.
8) Kesatuan perintah.
9) Fleksibilitas.
10) Keberlangsungan.
11) Keseimbangan.
12) Kepemimpinan.
13) Pengambilan keputusan.
Selain asas-asas organisasi, sebuah organisasi remaja masjid juga harus menerpakan asas-asas manajemen agar mendukung terealisasinya tujuan. Adapun asas-asas manajemen tersebut sebagai berikut:
1) Planning, yaitu proses pemikiran dan pengaturan yang matang untuk masa akan datang dengan menentukan kegiatan-kegiatannya.
2) Organizing merupakan pengaturan segala perangkat dan sumber daya sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan organisasi yang harmonis dan dikelola untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Actuating bermakna sebagai tindakan pengurus dan anggota dalam rangkaian kegiatan untuk menjalankan roda organisasi remaja masjid dalam rangka mencapai tujuan.
4) Controlling merupakan tindakan mengawasi, mengarahkan dan mengatur pelaksanaan kegiatan remaja masjid agar sesuai dengan program dan tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan diterapkan asas-asas organisasi dan asas-asas manajemen dalam sebuah organisasi remaja masjid, maka akan memberikan warna tersendiri dalam organisai tersebut, yakni organisasi yang modern dan bernafaskan Islami.