Minggu, 15 Mei 2011

Observasi Manajemen Masjid BI

BAB I PENDAHULUAN Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga yang diberi amanat untuk melaksanakan tugas kenegaraan yang sangat strategis, yaitu sebagai otoriter moneter, BI selalu berusaha untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Berbagai upaya guna mendukung efektivitas pelaskanaan tugas BI senantiasa dilakukann, baik melalui penyempurnaan organisasi dan sistem tata kerja, pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Di bidang organisasi dan sistem tata kerja, masih terus diupayakan dan disempurnakan melalui berbagai program, termasuk program transformasi yang sedang dijalankan, guna menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.Demikian pula di bidang sumber daya manusia. Arah pengembangan yang ditempuh adalah berupaya mewujudkan SDM BI yang berkualitas, tidak hanya dalam segi kompetensi dan profesionalitas tetapi juga dari segi integritas dan moral. Untuk mewujudkan SDM dengan integritas yang tinggi bukanlah pekerjaan yang mudah. Di samping faktor kemauan dari masing-masing individu, diperlukan pula faktor pendukung lainnya, termasuk akhlak dan mental. Agar pembinaan akhlak dan mental dapat berjalan efektif dan berkesinambungan, maka diperlukan sarana yang memadai untuk mendukungnya. Dalam kaitan inilah nampak begitu pentingnya keberadaan sebuah masjid pada lingkungan perkantoran BI sebagai sarana pembentukan dan pembinaan akhlak dan mental pegawai BI khususnya yang beragama Islam, dan sekaligus sebagai sarana ibadah umat Islam pada umumnya. Di samping sebagai sarana peribadatan, keberadaan masjid di lingkungan BI diharapkan juga menjadi tempat untuk pengembangan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, masjid di lingkungan BI selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai majelis dzikir, majelis ilmu dan majelis ukhuwwah yang kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dalam penghambaan kepada Allah SWT. Walaupun keberadaan masjid dalam komplek perkantoran BI, sebagai sebuah “rumah kebajikan” tentunya diharapkan agar masjid tersebut dapat disemarakkan dengan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memuliakan dan mengagungkan Asma Allah. Oleh karena itu, masjid ini boleh didatangi kaum muslimin dari mana saja dan kapan saja, tidak hanya pegawai BI tetapi juga masyarakat sekitar kantor BI dan masyarakat muslim pada umumnya. BAB II SEKILAS TENTANG MASJID BAITUL IHSAN A. Sejarah Masjid Baitul Ihsan BI Sejak kantor BI pindah dari Kota ke Gedung BI Thamrin pada awal tahun 60-an, telah dirasakan adanya keinginan untuk mempunyai masjid di lingkungan perkantoran BI. Dari catatan sejarah, diketahui bahwa BI telah mempelopori tersedianya sarana peribadatan bagi umat Islam di Gedung BI Kota pada awal tahun 50-an. Keinginan untuk menghadirkan sebuah masjid dalam lingkungan kantor BI tersebut secara lebih kongkrit tertuang pada waktu disusunnya Master Plan KOPERBI (Komplek Perkantoran Bank Indonesia) pada tahun 1978, yang kemudian direvisi dalam Master Plan 1988. Masjid direncanakan di sisi Jl. Abdul Muis, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat di sekitar bisa masuk ke dalam masjid. Dalam revisi Master Plan KOPERBI 1998 dikembangkan konsep baru dalam pengaturan tata letak bangunan, di mana masjid ditempatkan pada lokasi paling barat, di sisi jalan Budi Kemuliaan. Dengan konsep ini, secara simbolis bangunan masjid menjadi “imam” atau orientasi bangunan kantor lainnya di KOPERBI, yang mencerminkan niat bahwa segala hal yang dilakukan dalam kegiatan bekerja adalah ibadah semata karena Allah SWT. Dengan kehadiran masjid di lingkungan komplek perkantoran BI diharapkan dapat meningkatkan kegiatan keagamaan, khususnya agama Islam di BI. Lebih jauh lagi diharapkan masjid tidak hanya dipergunakan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan ibadah ritual saja, tetapi juga sebagai pusat pembinaan mental, budaya dan kesejahteraan umat. Sehingga diharapkan dapat membentuk kepribadian pegawai BI yang mukhlis dan istiqomah. Dengan latar belakang tersebut di atas, maka pada pertengahan tahun 1998, Direktorat Logistik dan Pengamanan dan Dewan Gubernur menyepakati sebuah nama masjid di komplek BI dengan nama “Baitul Ihsan”. Pemberian nama masjid tersebut kemudian secara resmi dikukuhkan sebagai nama masjid di komplek BI, yang dilakukan pada acara Peresmian. Dimulainya Pembangunan Masjid KOPERBI oleh Gubernur Bank Indoensia. Kemudian masjid itu sendiri diresmikan penggunaanya pada tanggal 18 Mei 2001. B. Visi dan Misi Masjid Baitul Ihsan Berbagai kegiatan MMBI yang direncanakan dan dilaksanakan, tidak lepas dari upaya untuk membangun masjid Baitul Ihsan yang dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan ibadah bagi pegawai, keluarga dan masyarakat Islam umumnya, yang didasari oleh Visi dan Misi Masjid baitul Ihsan yang telah dirumuskan pada tahun 2001. Dalam kaitan ini, penajaman terhadap Visi dan Misi Masjid juga telah dilakukan agar lebih dapat dipahami maknanya oleh pihak-pihak terkait. Demikian pula untuk nilai-nilai yang perlu dimilki oleh masjid. Upaya penajaman ini dilakukan melalui benchmarking dengan “leading” masjid di Jakarta. • Adapun visi masjid Baitul Ihsan : “Menjadikan masjid Baitul Ihsan sebagai pusat dakwah dan syiar Islam bagi pegawai, keluarga serta bagi masyarakat sekitarnya”. • Sedangkan misi dakwah masjid Baitul Ihsan : “Meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah SWT melalui peningkatan kualitas keimanan dan intelektualitas keislaman pegawai muslim Bank Indonesia, keluaraga dan masyarakat skitarnya, serta pemberian manfaat bag masyarakat secara umum”. C. Rancangan Masjid Baitul Ihsan BI Masjid adalah tempat bersujud dan lambang syiar Islam, oleh karenanya karakter, skala, bentuk bangunan dan ornamen estetika harus mencerminkan suatu tempat bersujud dan Islami. Masjid ini dirancang dari bentuk dasar sederhana yaitu bentuk segi empat sempurna dengan setengah lingkaran ke arah vertikal (kubah), yang didasari oleh kejelasan arah (kiblat) dan sistem konstruksi (busur/shell) yang dipergunakan sebagai lambang kesempurnaan dan keabadian. Masjid dapat dicapai dari semua arah kecuali dari arah kiblat (mihrab) sebagai cerminan keterbukaan dari rumah Allah yang dapat dipergunakan seluruh umat Islam. Secara keseluruhan bangunan masjid Baitul Ihsan ini menampilkan bentuk yang sudah dikenal secara umum dengan kubah dan minaret. Hal ini melambangkan kedekatan dan kewajaran serta menjauhkan dari perasaan akan lingkungan yang kurang dikenal atau bentuk yang tidak umum. Secara detail rancangan masjid Baitul Ihsan adalah sebagai berikut: a) Tampak/Façade bangunan Secara keseluruhan menampilkan garis-garis vertikal yang mencerminkan hubungan antara manusia sebagai hamba dengan Allah Sang Pencipta, dan garis-garis horizontal yang mencerminkan hubungan muamalah antara sesama manusia yang sederajad. Bahkan jendela terbentuk persegi dengan jendela dari bahan kaca patri bermotif ornamen geometris yang merupakan ornamen hias yang sesuai dengan ajaran Islam. b) Kubah Permukaan kubah masjid dilapisi keramik dengan ragam hias geometri dengan kombinasi warna biru dan krem yang diharapkan dapat memberi aksentuasi pada bagian yang paling dominan dari masjid ini. c) Pintu masuk Daun pintu terbuat dari bahan perunggu dihiasi ukiran bermotifkan tumbuhan dengan bagian atas daun pintu terdapat huruf Allah di sebelah kanan dan huruf Muhammad di sebelah kiri. Pintu masuk dikelilingi oleh dinding kerawang dengan bagian atas berbentuk busur mencerminkan gerbang masuk yang transparan, tebuka bagi seluruh umat Islam yang hendak bersujud menghadap Tuhannya. d) Bagian dalam masjid Balok penguhubung yang mengikat keempat kolom utama yang menopang atap kubah, dihiasi dengan ragam hias yang Islami dengan kaligrafi ayat 35 surat an-Nur, dan kaki kubah dikelilingi dengan Asmaul Husna. Atap berbentuk kubah mewakili bola langit sebagai representasi dari alam semesta ciptaan Allah dengan jendela sebagai titik-titik cahaya, “Nur” yang menerangi ruang sholat dengan pencahayaan alami dari luar, sebagai menifestasi bahwa manusia sangatlah kecil dibanding alam semesta ciptaan- Nya dan dalam sujudnya selalu akan mencari cahaya, “Nur” hidayah dari Allah. Ornamen estetis dalam masjid didominasi oleh pola-pola geometris yang merupakan ornamen yang bernafaskan Islam. Selain itu juga diambil ragam hias yang digali dari perbendaharaan ragam hias tradisional yang semuanya dilaksanakan oleh seniman lokal. D. Lingkungan Fisik Masjid Baitul Ihsan BI Masjid Baitul Ihsan berada di dalam komplek perkantoran BI. Masjid ini terdiri dari tiga lantai. Yakni: • Lantai Basement: dipergunakan untuk kantor pengurus masjid, perpustakaan, ruang simpan dan ruang sholat dengan kapasitas 400 jama’ah, dengan luas keseluruhan 1080 M2. • Lantai Dasar: sebagai lantai utama masjid untuk ruang sholat seluas 1087 M2 yang dapat menampung 1.040 jama’ah. • Lantai Mezanine (lantai atas): dipergunakan ruang sholat seluas 596 M2 yang dapat menampung 545 jama’ah. Selain itu masih ada satu lantai yang diberi nama Lantai Terbuka (plaza dan selasar). Sebagai ruang terbuka serba guna masjid seluas 1098 M2 yang dapat dipergunakan untuk perluasan tempat sholat, terutama pada hari Jum’at yang dapat menampung 940 jama’ah. Masjid ini juga dilengkapi dengan fasilitas sistem udara (AC), supply daya listril, sistem tata suara, sistem air bersih, sistem air kotor dan sistem fire alarm. E. Prestasi Masjid Baitul Ihsan BI Dengan bangunan fisik yang megah dan manajemen masjid yang baik, masjid Baitul Ihsan BI pernah dinobatkan sebagai masjid terbaik se-Indonesia, selain itu juga masjid Baitul Ihsan pernah meraih masjid perkantoran terbaik se-Indonesia. Masjid Baitul Ihsan BI juga sering dijadikan sebagai objek penelitian bagi para mahasiswa, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa ITB yang meneliti tentang arsitektur masjid Baitul Ihsan BI, dan Mahasiswa UIN Jakarta yang meneliti tentang manajemen masjid Baitul Ihsan BI. BAB III MANAJEMEN MASJID BAITUL IHSAN Manajemen Masjid merupakan Proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai aktivitas yang positif. Dimana manajemen masjid mancakup tiga aspek, yaitu: 1. Idarah ( pengelolaan organisasi dan administrasi masjid ). 2. Imarah ( pengelolaan program atau upaya memakmurkan masjid ). 3. Riayah ( pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan masjid ). Begitu juga halnya dengan mananejen masjid Fatullah, pengaplikasian aspek-aspek manajemen masjid sudah dilakukan semenjak lama. A. Idarah Masjid Baitul Ihsan BI Idarah merupakan pengeloalaan organisasi dan administrasi suatu masjid. Adapun idarah dalam masjid Baitul Ihsan BI adalah sebagai berikut: 1) Pengelolaan organisasi Mengenai keorganisasian, masjid Baitul Ihsan BI dapat dikatakan sudah cukup rapih, karena segala hal yang berkaitan dengan keorganisaiannya sudah diterapkan dan masjid Fatullah mempunyai aturan tersendiri. Seperti hal-hal sebagai berikut: a) Pimpinan dipilih secara langsung oleh pengurus masjid melalui Musyawarah Nasianal (MUNAS). b) Masa kepemimpinan masjid Baitul Ihsan BI, yaitu 3 tahun. c) Syarat pimpinan masjid Baitul Ihsan BI harus pegawai BI. d) Pengurus yang terbentuk ditunjuk langsung oleh pimpinan terpilih dalam MUNAS. e) Dalam menentukan kebijakan, masjid Baitul Ihsan BI mempunyai keleluasaan membuat kebijakan akan tetapi sesuai dengan arahan IPEBI (Ikatan Pegawai Bank Indonesia). f) Dalam rangka untuk memperbaiki kinerja pengurus masjid, maka masjid Baitul Ihsan BI melakukan rapat evaluasi setiap satu bulan sekali. Yang unik dari tipe kepemimpinan masjid Baitul Ihsan BI adalah menganut sistem kepemimpinan kolektif, dimana setiap pengurus mempunyai suara yang sama untuk menetukan arah tujuan kemajuan masjid, setiap divisi juga memilki kebebasan dalam melakukan kegiatan dalam rangka untuk memakmurkan masjid. Akan tetapi tidak mengabaikan aturan yang ada. 2) Administrasi Administrasi dapat diartikan sebagai kegiatan tata usaha perkantoran. Adapun kegiatan administrasi masjid Baitul Ihsan BI mancakup kegiatan surat menyurat, yaitu mendokumentasikan surat masuk dan surat keluar serta hal-hal lain yang perlu didokumentasikan, seperti foto-foto kegiatan, buku-buku terbitan masjid Baitul Ihsan BI , dan lain-lain. 3) Jama’ah Masjid Jama’ah masjid Baitul Ihsan berasal dari berbagai kalangan, jika diklasifikasikan adalah sebagai berikut: a. Masyarakat umum. b. Pegawai Bank Indonesia. c. Pegawai KP Non KOPERBI (Komplek Perkantoran Bank Indonesia). d. Pegawai KBI dan KPw. e. Pegawai (KP) f. Pihak III – (KPBI) KOPERBI (Komplek Perkantoran Bank Indonesia). g. Masyarakat sekitar keluarga pegawai. h. Masyarakat sekitar KOPERBI (Komplek Perkantoran Bank Indonesia). B. Ta’mir Masjid Baitul Ihsan BI Ta'mir adalah salah satu aspek dalam kegiatan untuk kemakmuran sebuah masjid. Upaya masjid Baitul Ihsan BI dalam rangka untuk mencapai ta’mir (kemakmuran) adalah melalui kegiatan-kegiatan. Adapun kegiatan masjid Baitul Ihsan BI adalah sebagai berikut: 1) Kajian Rutin • Kajian ba’da zuhur yang dilakukan setiap hari. • Lepas kerja, kegiatan ini dilakukan setiap hari selasa dan jum’at sore. • Muslimah, dilakukan setiap hari rabu. 2) Kajian dan acara khusus • Khutbah jum’at. • Momen tahun baru hijriah dan masehi. • Maulid Nabi Muhammad SAW. • Isra’ Mi’raj. • Ramadhan • Idul Fithri. • Idul adha dan Qurban. 3) Kegiatan kerjasama program • Manajemen qolbu salim, dilakukan tiga bulan sekali. • Majelis manajemen qolbu, yang merupakan kegiatan bulanan. • Majelis Dzikra dan do’a Ad-Dzikra, setiap satu bulan sekali. • Kajian sholat khusuk, merupakan kegiatan bulanan. 4) Kegiatan layanan ummat dan usaha • Kafilah haji dan umrah Bank Indonesia. • Penerbitan buku Baitul Ihsan. • Penerbitan bulletin • Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA), yang dilakukan setiap hari sabtu dan minggu. • Spesial event, seperti akad nikah, PHBI, dan lain-lain. • Majelis taklim ibu-ibu perkantoran, setiap hari rabu. • Majelis taklim ibu-ibu masyarakat umum, setiap hari jum’at. 5) Program sosial • Posko bencana. • Sunatan masal. • Layanan kesehatan. • Bantuan pendidikan. • Santunan sosial. C. Ri’ayah Masjid Baitul Ihsan BI Ri’ayah merupakan kegiatan/upaya pemeliharaan sarana dan prasarana masjid yang dilakukan oleh para petugas masjid. Upaya masjid Baitul Ihsan BI untuk menjaga dan memelihara sarana dan prasarana masjid adalah sebagai berikut: a) Pemeliharaan rutin Pemeliharaan yang dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan biasanya membersihkan ruang shalat dan halaman masjid membersihkan tempat wudhu dan toilet, serta memeriksa alat-alat masjid (speaker, sound system, layar monitor, pendingin ruangan, dan lain-lain). b) Pemeliharaan insidental Pemeliharaan insidental masjid Fatullah merupakan pemeliharaan yang dilakukan secara tidak terduga atau tidak seperti pemeliharaan rutin. Pemeliharaan insidental yang biasa dilakukan masjid Baitul Ihsan BI adalah pengecatan masjid, perbaikan sarana tempat wudhu, perbaikan pendingin ruangan, problem WC, problem kelistrikan dan lain-lain. c) Menjaga ketertiban, keamanan, kenyaman, dan keindahan (4K) masjid Baitul Ihsan BI Upaya yang dilakukan oleh masjid Baitul Ihsan BI dalam rangka untuk menjaga 4K, yaitu memasang CCTV disetiap pintu masuk dan sudut-sudut masjid, membuka pintu masjid 30 menit sebelum waktu shalat dan menutupnya kembali 30 menit setelah waktu shalat, kecuali waktu shalat Isya, pintu ditutup kembali setalah para jama’ah sudah tidak ada di dalam masjid. Masjid Baitul Ihsan BI ini beroperasi selama 24 jam dan satu minggu penuh. D. Keuangan Masjid Baitul Ihsan BI Keuangan masjid merupakan diantara barometer ta’mirnya masjid, dan menjadi aspek terpenting yang digunakan untuk menilai keuangan masjid secara keseluruhan dalam mendanai setiap kegiatan ta’mir masjid. Masjid Fatullah mempunyai aspek-aspek yang berbeda dalam keuangannya, diantaranya: 1. Sumber dana Potensi dana yang dihasilkan masjid Fatullah dapat dikatakan “lumaya”, adapun sumber-sumber dana masjid Fatullah sebagai berikut: • donatur tetap • 20 kotak amal • Infaq dan shadaqah Sebagai donatur tetap adalah pegawai BI yang beragama Islam yang tergabung dalam Ikatan Pegawai Bank Indonesia (IPEBI). Dana diperoleh melalui formulir yang diberikan setiap bulan. Kemudian gaji mereka dipotong langsung lewat rekening yang bersangkutan. Sumber dana dari donatur tetap tersebut merupakan sumber yang terbesar (setiap tahunnya ± 76 %) dalam pengelolaan kegiatan. Setiap bulan rata-rata penerimaan melalui donatur tetap mencapai Rp. 22,2 juta. Untuk kotak amal, rata-rata per bulannya relatif tetap yaitu sekitar Rp. 4,6 juta. Sementara dari infaq dan shadaqah per bulannya sekitar Rp. 2 juta. 2. Alokasi dana Dana yang terkumpul diperuntukkan untuk biaya kegiatan rutin dan biaya program kegiatan masjid Baitul Ihsan BI. Yang dimaksud dengan pengeluaran rutin antara lain untuk: khatib Jum’at, manajer masjid Baitul Ihsan BI dan operasionalisasi masjid. Sedangkan pengeluaran untuk program adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan oleh masing-masing bidang masjid Baitul Ihsan BI dan Sekretariat Umum. Walaupun donatur tetap merupakan sumber dana yang terbesar, ternyata belum mampu memenuhi seluruh pengeluaran. Untuk itu, peran kotak amal serta infaq dan shadakah masih sangat penting dalam mewarnai pengelolaan dana masjid. Dengan adanya tambahan tersebut, masih tersisa dana yang antara lain dapat digunakan untuk membantu pula masjid-masjid yang berada di sekitar masjid Baitul Ihsan. 3. Transparansi keuangan Transparasi adalah yang harus dilakukan dalam rangka untuk menjaga kredibilitas masjid Baitul Ihsan BI. Transparansi keuangan yang biasa dilakukan oleh masjid Baitul Ihsan adalah dengan memaparkan atau melaporkan pemasukan dan pengeluaran masjid, yang bersifat mingguan dilakukan sebelum shalat jum’at. Dan transparansi bulanan yang akan dilaporkan kepada khalayak umum dengan cara menempelkan laporan keuangan di mading dan media internet (website). E. Problematika Masjid Baitul Ihsan BI Manajemen masjid Baitul Ihsan BI yang sudah sangat rapih sehingga tidak meninggalkan celah problematika masjid. Akan tetapi “Tak ada gading yang tak retak”, pribahasa bahasa tersebut menggambarkan bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula halnya dengan manajemen masjid Baitul Ihsan BI, ada sedikit masalah yang dihadapi masjid Baitul Ihsan, yaitu kurangnya komunikasi dan responsibility antar pengurus. Hal ini disebabkan karena kesibukan para pengurus yang kebetulan juga sebagai pegawai Bank Indonesia. Namun masjid Baitul Ihsan terus berbenah, dan solusi dari masalah tersebut adalah dengan melakukan pertemuan antar pengurus sebagai sarana evaluasi. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Masjid Baitul Ihsan BI dikelompokkan sebagai masjid perkantoran karena letak bangunannya yang berada dilingkungan perkantoran, tepatnya di Bank Indonesia. Masjid yang berdiri pada tahun 1950-an ini memiliki arsitek bangunan yang sangat megah dan rapih, begitu pula dengan manajemen masjidnya, baik dari sisi Idarah, ta’mir, dan ri’ayah. Semuanya itu sudah dirancang sedemikian rupa untuk mencapai kemajuan masjid Baitul Ihsan BI. Dalam masalah keuangan, masjid Baitul Ihsan BI tidak begitu bermasalah karena masjid ini dapat dikatakan sudah cukup mapan dalam masalah keuangan karena sumber dan pendapatan masjid setiap bulannya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional dan kegiatan-kegiatan masjid. Transparansi juga dijunjung tinggi oleh masjid Baitul Ihsan BI, masjid ini melakukan transparansi keuangan dengan berbagai cara, dari cara memaparkan di hadapan jama’ah setiap sebelum shalat jum’at sampai melakukan transparansi melalui media internet. Masjid Baitul Ihsan BI sudah dapat dikatakan sebagai masjid yang ideal, karena dalam berbagai aspek sudah dilakukannya dengan profesional dan rapih sesuai dengan koridor dan ketentuan syari’at Islam. B. Kritik dan Saran Masih saja ada yang beranggapan bahwa masjid Baitul Ihsan BI hanya untuk kalangan tertentu saja. Oleh karena itu, ini adalah pekerjaan rumah untuk pengurus masjid Baitul Ihsan BI untuk merubah pandangan (image) bahwa masjid ini diperuntukkan semua kalangan. DAFTAR PUSTAKA • Dokumentasi Manajemen Masjid Baitul Ihsan (MMBI). 14 Desember 2010. • Interview result. Manajemen Masjid Baitul Ihsan BI. Kamis, 30 Desember 2010. Pkl 13.00-15.00 WIB. Ruang Meeting Masjid Baitul Ihsan BI. • Muhammad. Zen. Modul Manajemen Masjid. • UTS Manajemen Majlis Taklim.